Menurut Eks Pegawai Resto, Label 'Muslim Friendly' Tidak Selalu Benar

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Kamis, 11 Mei 2023 11:30 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Stephen Barnes
Jakarta -

Banyak restoran menempelkan logo 'Muslim Friendly', 'No Pork No Lard', atau '100% Halal' untuk meyakinkan pengunjung muslim yang hendak bersantap. Nyatanya, klaim tersebut tidak selamanya benar. Begini kata eks pegawai resto.

Saat memilih tempat makan, muslim yang taat bakal mempertimbangkan dengan ketat status kehalalan tempat tersebut. Banyak yang tidak mau bersantap di tempat yang belum mengantongi sertifikat halal resmi.

Namun sayangnya, belum semua restoran halal mendapatkan sertifikat tersebut. Alhasil, mereka yang ingin meyakinkan pengunjung muslim, hanya menempelkan keterangan bahwa menunya aman dikonsumsi. Keterangan yang umum dipakai antara lain Muslim Friendly', 'No Pork No Lard', atau '100% Halal'.

Melihat fenomena ini, seorang eks pegawai restoran di Malaysia mengungkap apa yang dia ketahui di grup Facebook. Mengutip mStar (9/5), pria itu mengaku punya pengalaman 10 tahun di industri makanan dan minuman (F&B).

Muslim Friendly' Tidak Selalu Benar" title="Menurut Eks Pegawai Resto, Label 'Muslim Friendly' Tidak Selalu Benar" class="p_img_zoomin" style="undefined" />Tak semua restoran berlabel 'muslim friendly' menyajikan makanan 100% halal. Foto: Getty Images/iStockphoto/Stephen Barnes

"Saya ingin memberi tahu orang-orang untuk hati-hati dengan tempat makan yang mengklaim 'Muslim friendly'. Mereka yang pernah bekerja di industri F&B akan lebih paham," katanya mengawali cerita.

"Ada pegawai resto yang terpaksa bilang ke pelanggan Melayu (muslim) bahwa tempat makan mereka 'Muslim friendly' walaupun mereka tahu barang yang dipakai tidak halal, tempat bikinnya tidak bersih, dan tukang masaknya kotor," ujar pria itu.

Ia juga bilang kalau para influencer juga kerap dijadikan alat promosi bagi pihak restoran yang belum mendapat sertifikat halal resmi, untuk menggaet pengunjung muslim. "Orang kita mudah dibeli," katanya.

Ia mengingatkan bahwa konsep halalan toyyiban (halal dan bersih) untuk makanan itu merangkum banyak aspek, bukan perkara daging babi atau minuman alkohol saja.

Eks pegawai resto itu mengungkap ada supplier yang menggunakan bahan tak halal untuk restoran. Lalu cara penyembelihan hewan yang dagingnya bakal didistribusikan ke restoran, juga belum tentu 100% halal.

"Perlu diingat, kalau ragu akan kehalalan sebuah tempat makan, sebaiknya tidak usah masuk. Kita sebagai muslim harus mengkaji dan mendalami, jangan asal ikut-ikutan," katanya. Ia bilang, perkara menyantap makanan halal tidak boleh disepelekan.

Muslim Friendly' Tidak Selalu Benar" title="Menurut Eks Pegawai Resto, Label 'Muslim Friendly' Tidak Selalu Benar" class="p_img_zoomin" style="undefined" />Logo halal yang resmi dikeluarkan pemerintah seharusnya bisa jadi panduan bagi muslim. Foto: Getty Images/iStockphoto/Stephen Barnes

Melihat unggahan ini, banyak netizen memberikan pandangan. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak terlalu sama pandangannya.

"Dia pun tidak tahu sayur yang dimakan dari mana, ikannya makan apa, siapa yang menyembelih ayamnya. Kita tidak boleh memukul rata dalam perkara ini. Kita harus meminta pandangan pakar dan ahli agama," kata seorang netizen.

"Saya pernah kerja di hotel dan saya akui ada benarnya mengenai apa yang disampaikan. Untuk dapat sertifikat halal tidak mudah. Dulu manajer saya bilang, kalau pelanggan tanya soal sertifikat halal, bilang saja restoran kita 'bebas menu babi'," sahut netizen lain.



Simak Video "Video LPPOM MUI: 'No Pork No Lard' Tak Jadi Jaminan Halal"

(adr/odi)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork