Di Mandailing Natal, Sumatera Utara ada kue natal khas bernama itak poul-poul. Kuenya unik karena dibentuk tanpa cetakan melainkan pakai kepalan tangan.
Masing-masing daerah di Indonesia memiliki kue natal yang khas. Seperti di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara misalnya yang terkenal dengan kue itak poul-poul.
Itak poul-poul merupakan kue yang terbuat dari bahan dasar tepung beras. Bagi masyarakat Mandailing, kue itak poul-poul ini memiliki nilai-nilai sejarah dan filosofi.
Karenanya kue tersebut sering disajikan dalam perayaan penting termasuk dalam hari natal. Selain itu, itak poul-poul juga masuk ke dalam salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Berikut fakta menarik tentang itak poul-poul:
1. Dibuat Tanpa Cetakan
Nama kueitakpoul-poul diambil dari bahasaMandailing. 'Itak' merupakan sebutan untuk panganan atau kue yang berbahan dasar tepung. Sementara 'poul' artinya adalah kepal.
Jadi itak poul-poul adalah kue yang dikepal. Maksudnya adalah proses pembuatan kue ini tidak menggunakan cetakan khusus. Cara membuatnya hanya dikepal menggunakan tangan.
Oleh karena itu, kue ini memiliki bentuk yang unik dengan cetakan jari-jemari. Selain tepung, kue ini juga menggunakan bahan-bahan lainnya seperti gula aren, kelapa parut dan garam.
Baca Juga: Resep Pembaca; Resep Beef Picnic Roll yang Padat Isiannya dan Istimewa Rasanya
2. Disajikan dalam Perayaan Natal
Bagi masyarakatMandailing, kekhasan pada kue ini terletak pada nilai-nilai sejarah danfilosofinya. Karenanya kue ini selalu disajikan dalam perayaan penting.
Seperti bersilaturahmi, selamatan rumah baru, kelahiran anak, ritual adat pesta perkawinan hingga dalam perayaan natal, seperti yang dikutip dari Kemdikbud.
Selain dalam perayaan penting, kue itak poul-poul biasanya dijual di pasar-pasar tradisional. Dalam sehari-hari masyarakat Mandailing suka kapan kue ini sebagai pendamping minum kopi.
3. Filosofi Itak Poul-poul
Kueitakpoul-poul memiliki filosofi yang mendalam. Filosofi itu ada pada keempat bahan yang digunakan untuk membuatitakpoul-poul.
Misalnya pada tepung beras yang berwarna putih mencerminkan hati yang bersih dari orang yang membuat atau yang mengantarkan panganan ini pada saat momen-momen penting.
Sementara gula aren dengan rasanya yang manis memiliki makna wajibnya bagi siapa saja untuk menjalin hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang harmonis.
Kepala parut sendiri melambangkan simbol kemanfaatan pada masyarakat Mandailing. Mengingat buah kelapa tumbuh subur tanpa mengenal musim.
Sepanjang tahun, buah kelapa akan terus berbuah dan bermanfaat bagi siapa saja. Bahkan bukan hanya buahnya saja, tetapi juga bagian lainnya hingga sampai ke ujung akar yang dapat memberikan manfaat.
Begitulah semestinya dengan seorang manusia yang hidup di tengah lingkungannya. Terakhir, rasa asin pada garam diibaratkan sebagai kejadian-kejadian yang tak diinginkan tetapi harus dihadapi bersama.
Baca Juga: Resep Pembaca: Resep Yule Log Daging yang Gurih Enak untuk Sajian Natal
(raf/odi)