Tak melulu pempek, ada juga makanan khas Palembang yang disebut burgo. Selain lezat, makanan satu ini bahkan menjadi warisan budaya tak benda.
Membahas kuliner khas Palembang, Sumatera Selatan pasti yang muncul dibenak pertama kali adalah pempek. Perlu diketahui bahwa Palembang punya banyak makanan khas lainnya.
Salah satunya adalah burgo berupa potongan adonan tepung beras dan tepung sagu mirip pempek. Disajikan dengan siraman kuah santan berbumbu rempah kuning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Burgo kemudian disajikan dengan potongan telur rebus dan taburan bawang merah goreng. Rasanya gurih kenyal mirip rasa kuah kari. Burgo ternyata punya banyak fakta menarik.
Dikutip dari Good News From Indonesia (25/05/25) berikut fakta menarik burgo.
1. Ada sejak 200 tahun lalu
![]() |
Burgo sudah ada sejak lama. Menurut sejarah yang berkembang di masyarakat, burgo sudah ada sejak 200 tahun lalu atau bahkan lebih lama dari itu.
Mengingat keberadaan beras di Palembang tercatat sudah ada sekitar abad ke-17. Makanan satu ini memiliki cita rasa yang gurih dan enak dimakan hangat-hangat.
2. Sejarah burgo
Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam itu, masyarakat setempat mulai mengenal beras yang didatangkan dari Jawa dan Siam.
Tak hanya beras, tetapi ada juga gula, asam, besi, baja, dan minyak. Sebagai gantinya, Kesultanan Darussalam mengirimkan hasil bumi berupa rotan ikat, damar, kapur barus, dan lilin ke luar daerah.
Komoditas-komoditas tersebut kemudian dikumpulkan dari hutan sepanjang aliran Sungai Musi. Jadi beras Jawa baru masuk ke Palembang pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Beras Jawa punya tekstur yang lembut dan lebih kenyal, berbeda dengan beras Siam. Beras Jawa inilah yang menjadi bahan dasar untuk membuat burgo.
Nilai filosofis burgo ada di halaman selanjutnya.
3. Nilai filosifis burgo
![]() |
Burgo menjadi salah satu makanan yang banyak dikonsumsi di Palembang, tetapi tidak sebagai menu utama. Umumnya burgo disajikan sebagai pelengkap makanan lainnya.
Mulai dari lakso, laksan, hingga celimpungan. Tak hanya sekadar kuliner, burgo punya nilai filosofis yang mendalam, seperti yang dikutip dari artikel Aldo Kevinanda, Regita Dita Rifani, dan Desy Misnawati, "Makna Filosofis Kuliner Burgo Khas Palembang" yang terbit di Jurnal Pendidikan Tambusai.
Filosofi tersebut ada pada proses pembuatan burgo yang memakan waktu lama. Hal tersebut mengajarkan nilai-nilai kesabaran serta keuletan bagi setiap orang yang membuatnya.
Begitu juga pada proses pencampuran burgo yang terdiri dari adonan dan kuah bisa melambangkan sebagai wujud persatuan.
4. Ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda
Karena filosofinya tersebut membuat burgo diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Hal tersebut ditetapkan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 2021 lalu.
Penetapan tersebut tercatat pada nomor pendaftaran 202101401. Penepatan ini juga dilakukan untuk mencegah klaim dari bangsa lain.
Simak Video "Video: Rendang akan Diusulkan ke UNESCO"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)