Jualan Sushi di New York, Wanita Alami Rasisme dan Dijuluki Penjajah

Diah Afrilian - detikFood
Senin, 30 Okt 2023 13:00 WIB
Foto: News
Jakarta -

Memulai bisnis kulinernya, seorang mantan pengacara beralih jualan sushi. Namun ia justru alami rasisme dan disebut penjajah hingga diberi rating rendah.

Banyak kisah pebisnis sukses yang berawal dari aksi nekatnya banting setir beralih profesi. Mereka yang biasa menjadi pekerja kantoran mencoba peruntungan di dunia bisnis kuliner sederhana.

Pengalaman tersebut juga dilakukan oleh seorang wanita asal Australia. Wanita bernama Alex Marks dilaporkan oleh News (27/10) beralih profesi dari seorang pengacara perusahaan menjadi pebisnis kuliner.

Alex yang menyukai makanan khas Jepang memilih menyajikan kuliner bergaya Jepang di kedai kecil miliknya. Kota New York yang sibuk di Amerika Serikat menjadi tempat yang dipilih Alex untuk memulai bisnisnya.

Baca juga: Puas Kenyang! Pizza Kekinian Jumbo yang Ada di 5 Tempat Ini

Pemilik kedai sushi di New York alami tindakan rasisme. Foto: News

Namun setelah beberapa waktu ia menjalani bisnisnya, kedai bernama Sushi Counter yang dikelola mendapat serangan dari netizen. Banyak orang berbondong-bondong mengomentari tempat itu karena Alex dinilai membuat makanan tiruan yang justru tampak seperti menjajah kuliner Jepang.

"Ini hanya sekadar sushinya orang Australia. Dasar penjajah. Jika kamu tidak melihat apa masalahnya, dirimu masalahnya!" ujar Eric Rivera, seorang chef dari Carolina Utara yang menyebut Alex melakukan perampasan kebudayaan.

Pada ulasan di Google, kedai ini juga diserbu banyak rating rendah. Banyak netizen yang memberikannya bintang satu dengan komentar-komentar berkalimat tajam.

"Satu-satunya yang dimiliki wanita ini hanya rambut pirang, orang Australia berkulit putih ini benar-benar merampas budaya negara lain," tulis salah satu komentar keras.

Baca juga: Segarnya Racikan Teh Artisan dari Kedai Hidden Gem di Gandaria Ini

Wanita asal Australia ini dijuluki penjajah yang ingin merampas kebudayaan Jepang. Foto: News

Sebagai pemula dalam bisnis kuliner Alex tentu merasa kecewa dan sedih dengan respon yang didapatkan atas bisnisnya. Ia bahkan merasa tak ada orang berbuat adil kepada dirinya atau mendukungnya sedikit pun.

Tiba-tiba muncul seorang netizen pada media sosial X yang melihat bahwa Alex berhak mendapatkan dukungan untuk menjalani bisnisnya. Netizen itu berpendapat tak ada salahnya seseorang dari ras lain memasak atau menjual makanan dari budaya yang bukan kampung halamannya untuk bertahan hidup.

"Pernahkah kamu mendengar ada toko pizza yang diberi komentar negatif karena yang jualan orang Asia? Bahkan seorang chef berkulit hitam tidak pernah dilarang menyajikan beberapa menu tertentu karena bukan ras asalnya. Ini hal yang wajar!" ujar salah satu netizen pada X.

Alex yang juga mempromosikan dirinya sebagai pemilik kedai sushi pada TikTok tak henti-hentinya mendapat komentar negatif. Bahkan ia juga mengaku selalu menghapus komentar buruk untuk menjaga kondisi mentalnya dan berusaha tak terpengaruh dengan komentar orang lain.



Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"

(dfl/adr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork