Sejak pandemi Corona banyak orang tertarik dengan sourdough. Roti dengan ciri khas rasa asam dan tekstur kenyal lembut ini ternyata punya sejarah menarik.
Meski belum sepopuler jenis roti lainnya, tapi sourdough yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini mulai banyak diminati di Indonesia. Roti asal Mesir yang satu ini popularitasnya meningkat tajam saat pandemi Corona. Orang-orang di Amerika dan Inggris kehabisan ragi roti. Karenanya mereka mulai belajar membuat sourdough dari ragi alami untuk mengisi waktu luang.
Banyak fakta menarik seputar sourdough, mulai dari bahan-bahan sederhana yang digunakan. Lalu ada ragi alami yang elemen penting dalam pembuatan roti ini, sampai kreasi unik yang menggabungkan sourdough dengan makanan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihubungi detikFood (16/07), Dokter Debryna Dewi Lumanauw yang merupakan salah satu ahli sourdough di Indonesia, menjelaskan seluk beluk sourdough yang menarik.
1. Sejarah Awal
![]() |
"Sourdough itu artinya ragi alami (wild yeast). Secara singkat sourdough merupakan adonan roti yang sudah difermentasi dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu," ungkap Dokter Debryna yang mulai belajar tentang sourdough dari tahun 2015.
Awalnya sourdough ini sebenarnya tercipta secara tidak sengaja. Saat itu ada seorang warga Mesir yang tak sengaja meninggalkan adonan rotinya. Kemudian adonan roti campuran tepung gandum dan air itu mengembang dengan sendirinya.
Karena penasaran pria itu tetap memanggang adonan roti yang sudah didiamkannya selama beberapa hari. Ketika sudah jadi rasa roti itu ternyata cukup unik. Dengan jejak rasa asam yang cukup kuat, berpadu dengan tekstur roti yang lembut di bagian dalamnya.
2. Ragi Alami untuk Sourdough
![]() |
Ragi alami atau wild yeast merupakan bahan utama dalam pembuatan sourdough. Dokter Debryna menjelaskan bahwa ragi alami itu sangat mudah dibuat, kebanyakan orang menyebutnya sebagai 'starter'.
"Untuk membuat ragi alami sebenarnya bahannya hanya tepung dan air. Untuk proses fermentasinya ini membutuhkan waktu sekitar satu minggu sudah bisa dibuat sebagai roti," tuturnya.
"Tapi kalau saya sendiri ragi berusia satu minggu itu kurang kuat, jadi biasanya saya menunggu 2 minggu atau satu bulan untuk membuat roti yang bagus," jelas Dokter Debryna yang aktif memberikan cooking class seputar sourdough.
3. Proses Feeding
![]() |
Sourdough ini merupakan jenis roti yang unik, karena ragi yang digunakan usianya bisa mencapai puluhan tahun bahkan diwariskan secara turun temurun. Agar ragi tetap hidup dan berkembang, ragi ini butuh diberi makan.
Proses inilah yang dikenal sebagai 'feeding'. Dokter Debryna menggambarkan ragi alami ini sebagai satu bongkah dunia yang dihuni oleh jutaan mahkluk hidup.
"Bisa digambarkan kalau ragi alami ini merupakan satu bongkah dunia. Di dalamnya terdapat jutaan mahkluk hidup berupa bakteri dan jamur. Nah, bagaimana caranya kita membuat ekosistem di bongkahan ini? Tentunya kita kasih makan dengan karbohidrat dan air," ungkap dokter yang turut berperan aktif dalam menangani pandemi COVID-19.
"Proses feeding ini pakai air dan tepung. Konsep singkatnya adalah, semakin banyak ragi diberi makan maka semakin banyak ragi yang berkembang," ungkap dokter berusia 28 tahun ini.
4. Butuh Waktu Lama Untuk Membuat Sourdough
![]() |
"Proses pembuatan sourdough itu cukup memakan waktu ya. Misalnya membuat sourdough di suhu seperti di Indonesia, itu bisa memakan waktu 4-5 jam. Bahkan ada yang buat sourdough sampai 24 jam," jelas Dokter Debryna.
Selain waktu yang lama, kegagalan saat membuat roti sourdough merupakan hal yang biasa.
"Gagal itu sudah pasti. Sama seperti kalau jatuh naik sepeda, harus gagal dulu memang baru berhasil. Dari kegagalan kita bisa terus belajar. Seperti ternyata cara membuatnya yang benar seperti apa, atau teori yang diterapkan harusnya seperti apa," ungkapnya.
"Pertama kali saya belajar membuat sourdough di tahun 2015. Itu awalnya cuma buat kesenangan saja tidak serius. Setelah itu baru belajar giat. Saya dulu sering sekali gagal saat membuat sourdough, apalagi di tahun itu belum banyak orang yang menggeluti sourdough," lanjutnya.
5. Kreasi Sourdough
![]() |
Meski sempat gagal berkali-kali saat belajar membuat sourdough, tapi kini Dokter Debryna berhasil menuangkan kreativitasnya lewat karya sourdoughnya. Tak hanya membuat sourdough dengan motif yang cantik, ia juga menggabungkannya dengan makanan lain.
"Saya ini sebenarnya suka masak ya, bahkan saya lebih suka masak dibandingkan baking. Bagi saya masak itu merupakan salah satu cara saya untuk having fun atau bersenang-senang. Kebetulan saya sangat tertarik dengan masakan Indonesia. Karena masakan Indonesia masih kurang diangkat, jadi saya memutuskan untuk memasukkannya ke kreasi sourdough saya," jelasnya.
Salah satu kreasinya ada tempe bacem sourdough, tinta cumi sourdough, hingga madu mongso sourdough. Terakhir ada gudeg sourdough yang ia buat sebagai untuk mengenang Mbah Lindu, penjual gudeg legendaris di Yogyakarta.
Di kedepannya Dokter Debryna berharap dapat terus menciptakan sourdough dengan cita rasa terbaru.
"Masak dan membuat makanan itu harus fun, karena jika sudah tidak fun lagi nantinya akan jadi monoton," pungkasnya dengan ramah.