Kreasi tiwul unik dibuat sepasang suami istri di Magelang. Mereka membuat tiwul bentuk gunung merapi dengan rasa gula Jawa, cokelat, keju, hingga pisang.
Di masa pandemi Covid-19, sebagian orang memiliki ide menjual makanan unik yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti halnya yang dilakukan pasangan suami istri, Mura Aristina dan Linda Purwaningsih. Keduanya adalah warga Bumen, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Pasangan suami istri ini membuat tiwul yaitu panganan tradisional berbahan tepung gaplek. Mereka coba membuatnya pada bulan Agustus 2020, saat pandemi Covid-19.
Tiwul yang dibuatnya memiliki bentuk berbeda. Inspirasinya dari Gunung Merapi. Jika Gunung Merapi di puncaknya ada lava yang keluar, maka pada tiwul ini di atasnya diberi juruh dari gula Jawa yang jika diiris akan lumer seperti lava.
![]() |
"Iya betul (mirip Gunung Merapi). Inspirasinya salah satunya dari lava Merapi itu puncaknya ada lavanya dimana itu kalau diiris kemudian lumer, dledek seperti kondisi Merapi saat ini," tutur Mura Aristina pada detikcom saat ditemui di sela-sela pembuatan tiwul, Jumat (13/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mura yang juga pengawai Balai Konservasi Borobudur (BKB) menuturkan saat pandemi, pariwisata begitu terdampak. Hal ini karena di luar jam kerja sebelum pandemi dia menjadi pemandu (guide) mengantarkan turis mancanegara untuk menikmati keindahan Candi Borobudur. Untuk itu, sebelum pandemi, dirinya bergantung dari pariwisata.
"Waktu itu saya terpepet ekonomi, akhirnya istri saya muncul kalau membuat tiwul juga lumayan. Pelan-pelan belajar membuat tiwul. Awalnya bahannya dibeli di pasar, lama-lama kok di pasar juga harganya sudah tinggi. Akhirnya tercetus karena istri saya berasal dari Gunungkidul, kemudian bahannya ambil dari sana," tutur Mura.
![]() |
Saat ini tepung gaplek diambil langsung dari Gunungkidul. Kemudian, untuk gula Jawa diambil dari sekitar Borobudur saja. Produknya dipasarkan melalui media sosial. Sering sekali mengunggah status WhatsApp hingga akhirnya dikenal luas. Selain itu, lokasi produksi di rumahnya dinilai strategis.
"Alhamdulillah sedikit-sedikit mulai dikenal. Kebetulan, Alhamdulillah saya tinggal di depan Warung Makan Sehati Selera Pedas mangut beong. Banyak yang mampir juga begitu, merasakan kok enak, cocok begitu dan Alhamdulillah mulai dikenal oleh masyarakat," ujarnya.
Adapun tiwul yang dibuat dengan varian rasa gula Jawa, cokelat keju, cokelat atau keju saja. Kemudian, ada juga yang dicampur dengan pisang. Untuk harga tiwul rasa gula Jawa Rp15.000, cokelat keju Rp17.000, cokelat Rp15.000 dan keju Rp15.000. Sedangkan yang mix cokelat keju pisang Rp20.000. Namun demikian yang paling disukai tiwul rasa gula Jawa.
![]() |
"Kalau disini paling ramai disukai adalah rasa gula Jawa, tapi selain itu anak-anak biasanya yang suka itu cokelat keju, cokelat atau keju, kemudian ada mix dengan pisang juga," kata Mura yang dalam proses pembuatannya dibantu dua orang.
"Kalau cokelat keju itu Rp17.000, kalau gula Jawa Rp15.000, tapi kalau yang cokelat Rp15.000 dan keju juga Rp15.000, mix cokelat keju pisang Rp20.000," tutur Mura.
Untuk proses pembuatan tiwul ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Tepung gaplek yang sudah siap, kemudian dimasukan dalam kukusan untuk dikukus.
"Ini memakan waktu sekitar 10 menit. Yang paling sulit itu waktu nginteri jadi tepung dicampur air dulu dicampur itu. Kalau ada yang mengeras dibuang, yang lembut dimasak. Tiwul ini mungkin lebih lembut, sebagian kasar. Ini lembut sekali," katanya.
![]() |
Untuk setiap harinya, Mura bisa membuat 20 adonan. Jika ada pesanan seperti kemarin, Jumat (13/8), ada pesanan dari reseller 50 buah.
"Per hari rata-rata 20-an. Kalau ada reseller sih lumayan, tapi kalau tidak ada yang reseller ya cuman orang yang mampir saja. Mungkin seminggu sekali mereka kok pengin makan tiwul, akhirnya datang kesini. Hari ini pesanan dari Kota Magelang 50 pack," pungkasnya.
(adr/adr)