Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 Tahun

Toko Kopi di Dalam Pasar

Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 Tahun

Diah Afrilian - detikFood
Sabtu, 14 Des 2024 12:00 WIB
Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 Tahun
Foto: detikcom/Diah Afrilian
Jakarta -

Di kawasan Jatinegara ada toko kopi legendaris yang masih menjadi andalan sejak 81 tahun silam. Biji kopi arabika hingga robustanya digililing dengan segar.

Budaya minum kopi di Indonesia sudah terjadi sejak masa lampau. Tak heran banyak toko kopi legendaris yang masih bisa ditemukan di beberapa tempat tertentu.

Uniknya ciri khas dari toko kopi legendaris ini ialah pada pilihan kopi dan cara penggilingan yang khusus. Pilihan tingkat kehalusannya tak banyak, begitu pula dengan varian biji kopi yang hanya fokus pada jenis arabika dan robusta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kawasan Pasar Jatinegara atau Pasar Mester masih ada satu toko kopi legendaris yang tersisa. Namanya Kopi Sedap Djaja yang sudah buka sejak sebelum kemerdekaan.

Baca juga: 10 Restoran Sushi Bersertifikat Halal, Muslim Tak Perlu Khawatir

ADVERTISEMENT
Detail Informasi
Nama Tempat MakanToko Sedap Djaja
AlamatPasar Jatinegara Pintu Utama No.10, Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur.
No Telp-
Jam Operasional

Senin - Sabtu, 10.00 - 16.30 WIB

Minggu TUTUP

Estimasi HargaRp 14.500 - Rp 200.000
Tipe KulinerKopi tubruk
Fasilitas
  • Bawa pulang
  • Area parkir
  • Pembayaran tunai
Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 TahunToko Sedap Djaja menjual kopi di kawasan Jatinegara sejak 1943. Foto: detikcom/Diah Afrilian

Sudah Ada Sejak 1943

Toko Sedap Djaja yang mengisi deretan toko di bagian Pintu Timur Pasar Jatinegara ini dikenal juga dengan istilah Kopi Bis Kota. Toko tersebut menjadi salah satu yang tertua karena telah buka sejak tahun 1943, tepat 2 tahun sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia menggenggam kemerdekaan yang berdaulat.

Toko ini didirikan oleh seorang pedagang keturunan Tionghoa yang bernama Wong Hin. Sepeninggal Wong Hin, tokonya kini telah dikelola oleh generasi ketiga dari pemiliknya langsung.

Dibantu oleh beberapa pekerja yang memanggang hingga menggiling kopi, Toko Sedap Djaja masih terus berjaya. Pilihan kopinya semakin banyak, tumpukan karung tampak ketika detikfood menyambanginya (12/12), bahkan pemiliknya kini tak lagi mengingat ada berapa kilogram persediaan kopinya.

Konon beberapa tahun saat pertama kali buka, toko ini masih mengisi Pasar Seng. Tetapi karena beberapa alasan tertentu toko ini akhirnya pindah dan menempati bangunan yang tampak mulai tua di kawasan Jatinegara.

Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 TahunDikelola oleh generasi ketiga dari pemiliknya, toko ini tak pernah sepi tetapi sedang mengalami kelangkaan salah satu jenis biji kopinya. Foto: detikcom/Diah Afrilian

Tak Pernah Sepi hingga Kopinya Langka

Bertahan selama lebih dari 80 tahun bukan hal yang mudah bagi Toko Sedap Djaja. Mempertahankan kualitas kopi untuk tetap menjaga hubungan dan kepercayaan dari pelanggannya menjadi prioritas nomor satu.

Berbeda dengan di masa lalu, toko ini diakui oleh pemiliknya sekarang lebih sepi dari sebelumnya. Walaupun begitu ketika disambangi kami tak pernah melihat toko ini sama sekali tak ada pembeli.

Setidaknya satu atau dua pembeli akan terus bergantian untuk memesan kopi yang mereka inginkan. Sayangnya akhir-akhir ini Toko Sedap Djaja mengalami kesulitan berupa harga yang naik hingga biji kopi yang langka.

Adalah kopi WB yang menjadi andalan dari Toko Sedap Djaja diakui sudah langka, bahkan tak ada pasokan sejak satu bulan yang lalu. WB sendiri ialah biji kopi yang belum terlalu matang dengan rasa sitrus tipis menuju tawar.

Pilihan kopi dan kualitas rasanya ada di halaman berikutnya.

Tawarkan Kopi Arabika dan Robusta Lokal

Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 TahunHanya ada dua jenis biji kopi di sini, yaitu arabika dan robusta dari Lampung, Flores, dan Jawa Timur. Foto: detikcom/Diah Afrilian

Layaknya kopi legendaris yang sederhana, hanya ada dua pilihan jenis biji kopi di sini. Yaitu Arabika dan Robusta. Arabikanya terbagi menjadi dua, arabika tunggal dari Jawa Timur dan arabika dari Flores.

Untuk jenis kopi robustanya, Toko Sedap Djaja menggunakan robusta istimewa yang didatangkan dari Lampung. Tetapi para pelanggan juga diperbolehkan untuk menyampur kedua jenis biji kopi tersebut dengan takaran yang sama rata.

Satu kilogram arabika tunggal dibanderol Rp 200.000 sementara untuk arabika Flores dipatok Rp 220.000 per kilogramnya. Robusta yang dijual di toko ini juga terdampak kenaikan harga kopi, per kilogramnya dijual Rp 142.000.

Aromanya harum menyengat, bahkan sudah terhirup dari jarak 10 meter sebelum memasuki area toko. Biji kopi yang dipanggang hingga dark roast disimpan dalam kondisi biji utuh dan baru akan digiling ketika pelanggan sudah sampai di toko dan hendak mengambilnya.

Rasa Kopi yang Kuat dengan Krema Pekat

Menyeruput Kopi Tubruk Segar dari Toko Kopi yang Berusia 81 TahunKremanya pekat dengan rasa kopi yang kuat berkat pemanggangan dark roast. Foto: detikcom/Diah Afrilian

Sayangnya Toko Sedap Djaja tak menyediakan fasilitas untuk menyeduh kopi. Sehingga kami yang tak sabar mencicipinya harus melipir ke warung kopi yang berada di depannya.

Saat diseduh buih krema keluar banyak dan pekat. Krema yang tebal menandakan kesegaran biji kopi yang memang terjaga sejak disangrai sampai pengemasan berlangsung. Aroma kopi setelah diseduh juga tak sekuat ketika kopi masih menjadi bubuk.

Mencicipi gelas pertama berisi Robusta Istimewa, rasa pahit yang menusuk langsung terasa ketika pertama kali disesap. Aftertaste atau kesan rasa yang ditinggalkan pun tetap pahit tanpa ada notes lain.

Pada gelas kedua ada kopi arabika tunggal yang berasal dari Jawa Timur. Aromanya lebih lembut daripada robusta, dengan rasa yang menyeruak pahit diikuti rasa asam setelah dicecap. Kesan rasa yang ditinggalkan tipis asamnya dan clean atau tak terlalu menempel pada rongga mulut.

Kami juga mencicipi perpaduan robusta dan arabika dengan perbandingan 1:1, 125 gram biji kopi arabika Flores dan 125 gram robusta istimewa dari Lampung. Saat disesap rasa asli dan karakter kedua biji kopi tetap kuat.

Pahit yang lebih dahulu menyeruak ke seluruh rongga mulut. Tetapi setelah beberapa saat terasa asam yang sangat tipis dan meninggalkan kesan rasa asam yang juga sangat tipis.

Sedikit berbincang dengan warung kopi di dekat toko, penjualnya mengaku ia juga membeli kopi yang disajikan dari Toko Sedap Djaja. Tetapi untuk penjual warung kecil ada harga khusus yang harganya dipatok lebih rendah Rp 500 per 250 gramnya.

Ingin tempat makan atau produk Anda direview oleh detikcom? Kirim email ke foodreview@detik.com.

Baca juga: Gegara Tak Mau Makan, Penumpang Pesawat Diamankan Pramugari




(dfl/odi)

Hide Ads