Rumah Tjempaka: Menyeruput Kopi Bali Ulian di Rumah Limasan 300 Tahun

ADVERTISEMENT

Rumah Tjempaka: Menyeruput Kopi Bali Ulian di Rumah Limasan 300 Tahun

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Senin, 27 Jun 2022 17:00 WIB
Depok -

Di Depok ada tempat ngopi baru yang konsepnya seperti datang ke ke 'rumah sedulur'. Suasananya seperti kampung di Jawa dengan bangunan limasan 300 tahun yang penuh sejarah!

Coffee shop di Depok ini belum lama dibuka, namun sudah mencuri perhatian. Bernama Rumah Tjempaka, sensasi yang ditawarkan saat ngopi di sini berbeda dari kebanyakan tempat ngopi lain.

Kamu akan serasa mendatangi rumah eyang atau rumah sedulur (saudara) di Jawa! Pekarangannya cukup luas dengan 'primadona' berupa bangunan limasan yang klasik dan cantik.

Limasan ini bukan sembarangan karena sudah berumur 300 tahun! Limasan asal Pati, Jawa Tengah ini bahkan sudah menaungi 3 generasi pemiliknya.

Limasan diboyong dari Pati ke Depok

Rumah Tjempaka: Menyeruput Kopi Bali Ulian di Rumah Limasan 300 TahunLimasan berusia 300 tahun yang jadi primadona di Rumah Tjempaka. Foto: detikfood

Kepada detikfood (25/6), pemilik Rumah Tjempaka, Peny Pujiati menceritakan limasan ini. Ia mengatakan limasan ini dibeli pemilik Rumah Tjempaka lainnya, Marrysa Tunjung Sari atau akrab disapa Sasha.

"Sasha membeli rumah (limasan) ini di Pati, Jawa Tengah. Kemudian dibawa ke sini. Rumah ini sudah berusia 300 tahun, sudah menaungi 3 generasi. Di generasi keempat ini dijual dan Sasha ingin mengambil secara keseluruhan," ujar Peny.

Limasan itu lalu diboyong melalui perjalanan panjang dari Pati menuju Depok tahun 2020. Beruntung rumah ini mudah 'dipindahkan' karena prinsip pembuatan bangunan lama menggunakan sistem knock down tanpa paku.

Begitu sampai di Cilodong, limasan ini disusun kembali hingga menjadi bangunan utuh. Namun saat itu Sasha sebagai pemilik tak langsung memanfaatkannya.

Barulah pada Juni 2022, ia mengajak Peny sekaligus Mikael Teguhjaya, suami Peny yang merupakan pemilik coffee roastery, Juno The Coffee Company. Mereka bekerja sama mendirikan Rumah Tjempaka.

Peny mengatakan, "Nama Rumah Tjempaka berasal dari nama Mahisa Cempaka, seorang raja dari Majapahit yang tadinya akan dipakai untuk nama anaknya Mba Sasha."

Kerja sama antara dua sahabat fotografer

Rumah Tjempaka: Menyeruput Kopi Bali Ulian di Rumah Limasan 300 TahunBagian depan Rumah Tjempaka yang 'menyambut' tiap pengunjung. Foto: detikfood

Peny dan Sasha berprofesi sebagai fotografer. Keduanya sudah bersahabat lebih dari 10 tahun. Meski begitu, Peny mengatakan, dirinya tak langsung mengiyakan 'pinangan' Sasha untuk mendirikan Rumah Tjempaka.

"Tadinya saya sama Mikael juga berpikir 'aduh jauh juga ya' karena kan (domisili) saya di Pondok Kelapa (Jakarta Timur), harus bolak-balik Depok. Tapi kemudian suatu malam Sasha ajak saya ke sini, untuk lihat dulu tempatnya," cerita Peny.

Saat itu mereka bertiga berdiri di area limasan yang belum ada penerangan. "Kita berbicara dari hati sama rumah ini. Pertama kali saya menginjakkan kaki ke rumah ini, itu tuh saya merasa seperti di rumah Eyang," kata wanita asal Purwokerto dan Cilacap ini.

Ia yang merasa punya koneksi dengan rumah ini lantas merasa mantap menerima ajakan Sasha mendirikan Rumah Tjempaka. "Kita jalan bertiga, kita perbagus rumah ini. Kita bikin lebih cantik, lebih terlihat, dan bikin rumah ini lebih bahagia," ujar Peny.

Terlihat unsur-unsur tradisional Jawa sangat melekat pada interior Rumah Tjempaka. Mulai dari kehadiran tegel warna hijau pupus, gebyok kayu, lampu gantung, hingga meja dan kursi jadul.

Rumah Tjempaka lebih dari sekadar coffee shop

Rumah Tjempaka: Menyeruput Kopi Bali Ulian di Rumah Limasan 300 TahunRumah Tjempaka layaknya rumah sedulur yang bisa disinggahi siapapun yang ingin santai dan menikmati suasana. Foto: detikfood

Peny dan Sasha lebih nyaman menyebut Rumah Tjempaka sebagai rumah sedulur alih-alih kedai kopi atau coffee shop. Mereka ingin siapapun yang datang ke sini merasa nyaman, betah, dan berbahagia.

Rumah Tjempaka mempunyai semangat untuk menjadi rumah diskusi, membaca buku, berkegiatan budaya, hingga persinggahan yang mengobati kepenatan. Semua kalangan, mulai dari anak kecil, anak muda, pegawai kantoran, hingga orang tua, disambut di sini.

Di rumah sedulur ini juga terdapat jamuan menu rumahan dan kopi. Menunya tentu saja tradisional Indonesia.

Untuk menu makanan diracik oleh ibunda Sasha, ibu Sulastri yang merupakan chef dan pengusaha katering. "Dia memasak makanan tradisional Indonesia. Di sini ada nasi campur Bali, coto Makassar, Nasi Ayam Kampung Doyong, dan Nasi Telur Siram Kuah Kari. Nanti juga akan ada Lontong Medan," kata Peny.

Sementara itu, menu minumannya ada kopi lokal yang diseduh dengan teknik manual brew, es kopi susu, hingga minuman tradisional seperti es gula Jawa. Untuk minuman kopi diracik oleh Mikael yang sudah berpengalaman sebagai pemanggang kopi (roaster).

Cerita soal kenikmatan makanan dan minuman di Rumah Tjempaka ada di halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT