Di TikTok tengah viral Tiffany Plate yang disebut efektif. Seorang dokter Indonesia pun membahas soal pola makan ini. Apakah menurutnya diet ini benar-benar efektif?
Tren diet terus berkembang dengan kehadiran pola makan baru yang disebut menyehatkan atau efektif menurunkan berat badan. Salah satu yang tengah viral di TikTok adalah Tiffany Plate.
Pola makan ini terinspirasi dari sosok pencetusnya, Tiffany Magee. Melalui TikTok (19/5/2023), ia memperkenalkan menu makanan yang dikonsumsi rutin hingga dirinya turun berat badan 36 kilogram (kg).
Menunya adalah ragam sayuran mentah, buah, dan protein seperti sosis. Ia memilih wortel, lobak, kembang kol, hingga timun. Semuanya dinikmati dengan cocolan keju cottage atau mustard agar lebih enak.
Banyak konten kreator pun mencoba menu Tiffany Plate. Mereka ramai-ramai menikmati sayuran mentah, buah, dan sumber protein dengan cocolan yang sama. Kebanyakan netizen memberi respon positif karena rasa menu Tiffany Plate disebut enak dan bisa dinikmati.
Namun dari sisi nutrisi, apakah pola makan Tiffany Plate efektif? Mengutip akun TikTok dr. Dion Haryadi (24/8), ia membicarakan soal Tiffany Plate.
Menurutnya, menu Tiffany Plate rata-rata tergolong rendah kalori. "Sayuran itu kalorinya rendah banget dan volumenya besar, jadi mengenyangkan," kata dr. Dion yang aktif berbagi edukasi soal gizi ini.
Ia mencontohkan mentimun sepanjang 20 cm kira-kira hanya mengandung 50 kalori. Wortel dengan ukuran 20 cm juga hanya mengandung 30 kalori.
"Kalau sosis yang dipakai Tiffany kan yang besar, itu saya nggak tahu kalorinya berapa. Namun kalau sosis yang sering kita temuin di supermarket, itu per kemasan 60 gram, nilainya 90 kalori doang. Proteinnya tinggi, bisa sampai 12 gram," lanjut dr. Dion.
Namun konsumsi sosis patut diwaspadai karena sodiumnya juga tinggi. "Satu kemasan itu bisa sampai 500 mg sodium. Nah satu harinya kita direkomendasikan hanya mengasup 2.000-3.000 mg sodium maksimal," kata dr. Dion mengingatkan.
Lalu apakah dengan pola makan Tiffany Plate bisa turun berat badan? dr. Dion mengatakan bisa saja selama terjadi defisit kalori.
Kemudian ada hal yang lebih penting yaitu apakah seseorang bisa mempertahankan berat badannya ketika sudah turun? Ia bertanya, "Jadi katakan kamu sudah makan seperti itu selama 1-2 bulan, habis itu kamu turun berat badannya, nah setelah itu bisa tidak mempertahankan berat badan itu?"
dr. Dion mengatakan, hal terpenting adalah membangun kebiasaannya. Ia mengatakan seseorang harus belajar menyesuaikan pola makannya sesuai dengan yang disukai. Sesuaikan juga dengan kondisi tempat tinggal, seperti dalam memilih sumber makanan yang pas.
Dalam konteks Tiffany Plate, seseorang bisa memilih sayuran dan buah yang memang mudah didapat. Begitupun untuk sumber proteinnya. "Nggak harus pakai sosis, kamu bisa ganti ikan, dada ayam, telur, susu, dan lain sebagainya," kata dr. Dion.
Lalu ia mengingatkan kalau karbohidrat tak perlu dijauhi. Mengonsumsi zat gizi ini tidak masalah sama sekali.
"Terus dari pada cottage cheese atau mustard yang jujur saya sih nggak selera, ya pakai aja sambal. Sambal terasi atau sambal bawang gitu yang minyaknya tidak usah terlalu banyak," saran dr. Dion.
Pada akhir unggahan ia mengingatkan seharusnya pola diet yang dipilih adalah yang dapat dijalani dalam jangka waktu panjang. "Bukan cuma buat turun berat badan cepat doang. Kamu harus belajar kebiasaan (makan dan hidup sehat) dan mempertahankan kebiasaan itu," tutupnya.
Simak Video "4 hari penuh keseruan, 83.500 orang kunjungi Come See Mie Fest 2025"
(adr/odi)