Diet intermittent fasting masih jadi salah satu yang terpopuler. Di balik pro kontranya, diet ini dirasa bermanfaat oleh seorang pria yang sudah 10 tahun menjalaninya.
Dari sekian banyak pola diet yang ada, diet intermittent fasting masih ramai diminati. Pola diet ini semakin terkenal setelah banyak artis akui menjalaninya.
Dari sisi 'aturan', diet intermittent fasting juga dinilai lebih fleksibel dibanding pola diet lain sehingga banyak orang yang menjalaninya. Pola diet ini tidak membatasi ketat jenis asupan makanan, tetapi waktu untuk mengonsumsinya.
Pelaku diet ini akan menjalani puasa dalam rentang waktu tertentu dan diperbolehkan makan pada jam-jam tertentu yang disebut sebagai jendela makan. Diet intermittent fasting memiliki beberapa pola.
Salah satu yang terpopuler adalah 6:8 dimana pelaku diet bisa puas makan selama 6-8 jam saja dalam satu hari, namun dalam sisa waktunya harus puasa. Saat puasa, tidak boleh konsumsi apapun kecuali minuman tanpa pemanis.
Lalu ada juga 5:2 yaitu pola pelaku diet intermittent fasting makan normal selama 5 hari, kemudian mengurangi asupan kalori hingga seperempat dari kebutuhan normal selama 2 hari. Jenis diet ini bisa dipilih sesuai kebutuhan setiap orang.
Mengenai manfaatnya untuk menurunkan berat badan, banyak orang mengklaim kalau diet ini efektif. Tapi tak sedikit juga orang yang menentang konsep diet intermittent fasting karena menganggapnya bisa bahayakan kesehatan/
Coba memberikan pandangan, pria bernama Anthony J. Yeung membagikan pengalamannya soal diet intermittent fasting. Ia sudah 10 tahun terakhir menjalani diet intermittent fasting.
Tidak akan kelaparan
![]() |
Poin utama diet intermittent fasting adalah bukan untuk mengeliminasi konsumsi makanan tertentu, melainkan mengatur jam konsumsinya. Pelaku diet akan mengubah waktu makannya sehingga ada jeda yang lebih lama.
Selama jeda tersebut, pelaku diet intermittent fasting hanya boleh konsumsi air putih, kopi hitam, dan teh. Penelitian menemukan kalau rasa lapar selama jalani diet ini akan tetap stabil dan bahkan bisa berkurang.
Penelitian lain juga menunjukkan membatasi konsumsi makanan selama 2 hari tidak akan mempengaruhi suasana hati (mood), kemampuan kognitif, maupun kemampuan fisik seseorang.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.