Saat menurunkan badan, yang paling penting ternyata menghitung jumlah kalori yang masuk ke tubuh. Dibandingkan diet dengan metode puasa.
Diet memang banyak metodenya, ada intermittent fasting yang mewajibkan orang-orang berpuasa. Ada juga metode hitung kalori, yang dinilai lebih ampuh oleh beberapa peneliti.
Dilansir dari DailyMailUK (19/01), baru-baru ini studi dari Johns Hopkins University menemukan bahwa waktu makan seseorang itu tidak berpengaruh pada penurunan berat badan. Malah sebaliknya, makan dengan porsi kecil yang mengandung sedikit kalori merupakan kunci utama diet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Kata Ahli Gizi Soal Diet dengan Minum Jus Detoks, Amankah?" selengkapnya
Penelitian ini dipublikasikan lewat jurnal American Heart Association, yang sudah mengumpulkan data 550 orang dewasa dari Maryland dan Pennysylvania.
Partisipan yang ikut dalam penelitian ini rata-rata berusia sekitar 51 tahun, memiliki latar pendidikan perguruan tinggi atau di atasnya, dan kebanyakan perempuan.
Sekitar 240 peserta mengalami obesitas, sementara 169 peserta masuk ke dalam kategori berat badan berlebih. Serta 138 orang dengan berat badan sehat yang ideal.
![]() |
Peneliti kemudian menggunakan aplikasi Daily24, yang memudahkan semua peserta untuk mencatat aktivitas makan dan tidur mereka selama seminggu penuh setiap bulannya. Mereka juga diingatkan via email dan pesan singkat untuk mengisi aktivitas mereka.
Semua peserta makan tiga kali sehari, dengan opsi makan kecil yang mengandung kurang dari 500 kalori. Kemudian ada dua makanan yang mengandung 500-1000 kalori. Mereka juga diberi kesempatan untuk menyantap dua porsi makan besar yang lebih dari 1.000 kalori dalam satu minggu.
Pola makan ini membuat mereka yang obesitas mengalami penurunan berat badan sekitar 2,9 kg. Sementara yang memiliki berat badan berlebih turun sekitar 2,6 kg, lalu untuk mereka yang berat badannya sehat naik sekitar 0,4 kg.
![]() |
Setelah mengumpulkan data selama enam bulan, peneliti menganalisa waktu makan mereka hingga kaitannya dengan berat badan mereka.
Hasilnya ditemukan bahwa menghitung asupan kalori yang masuk ke tubuh, adalah faktor utama yang penting ketika berusaha menurunkan berat badan.
Bahkan meski seseorang menunggu waktu tertentu atau berpuasa sebelum makan, atau tidak makan sebelum tidur, ternyata pola ini tidak memiliki efek yang signifikan untuk penurunan berat badan.
Menurut Dr Di Zhao, ahli epidemiologi dari Universitas Johns Hopkins sekaligus selaku salah satu ketua dari penelitian ini. Penelitian yang mereka terbitkan ini bersifat observasional, dan tidak dapat membuktikan secara ilmiah bahwa pola diet intermittent fasting itu tidak bekerja.
"Penemuan kami ini tidak mendukung metode pembatasan waktu makan sebagai strategi jangka panjang untuk menurunkan berat badan pada populasi secara umum," jelas kesimpulan penelitian itu.
Karena penelitian ini tidak menemukan adanya korelasi antara waktu makan dan pengaruh pada penurunan berat badan.
Baca Juga: 3 Tips Mudah Agar Berat Badan Tetap Stabil Setelah Diet" selengkapnya
(sob/odi)