5. Makan secara intuitif
Selama pandemi Covid-19, di Amerika Serikat terjadi lonjakan kasus gangguan makan dari 2019-2022. Untuk mengatasinya, pola makan intuitif dengan pendekatan non-diet menjadi lebih populer. Ahli gizi pun memperkirakan tren ini bakal berlanjut pada 2023 karena orang-orang mencari bantuan untuk mengatasi gangguan makan atau perilaku makan yang tidak teratur.
Dengan munculnya pola makan intuitif, orang-orang berpaling dari diet dan mencoba menemukan pola makan yang seimbang. Seperti diketahui, diet bertahun-tahun berdampak langsung pada kesehatan mental seseorang dan dapat menciptakan hubungan yang tidak teratur dengan makanan. Karenanya banyak orang tak ragu mencari bantuan dan mengupayakan hubungan positif dengan makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
6. Pilih produk makanan daur ulang
![]() |
Makanan yang didaur ulang menggunakan produk yang seharusnya terbuang sia-sia. Contohnya kulit buah, ampas sayuran, dan serat yang diekstraksi dari tanaman. Meski hanya dianggap sisa, nyatanya makanan tersebut masih bisa dimanfaatkan dan mengandung nutrisi.
Banyak pelaku industri makanan mulai memikirkan hal ini. Mereka memproduksi makanan yang bersumber dari makanan daur ulang. Banyak orang pun yang semakin banyak mendukung pola makan ini demi kelestarian lingkungan.
7. Selalu pelajari label makanan
Label makanan adalah jendela umum untuk melihat apakah sebuah produk makanan kemasan bagus atau tidak untuk kesehatan kita. Di pasaran kini mulai terlihat penggunaan label "Pilihan Lebih Sehat."
Label ini bisa jadi tumpuan karena menjadi tanda kalau produk makanan yang dipilih lebih sehat dibandingkan produk sejenis bila dikonsumsi dalam jumlah wajar. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kondisi konsumen yang kini menjadi lebih tertarik pada kualitas makanan mereka.
(adr/odi)