5 Hal Mengejutkan Soal Kalori, Termasuk Bisa Bertahan Hidup Tanpanya

Sonia Basoni - detikFood
Sabtu, 25 Okt 2025 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi iStock
Jakarta -

Kalori sering dianggap sebagai musuh utama bagi mereka yang sedang diet, padahal konsepnya jauh lebih kompleks dan menarik dari sekadar angka di label makanan.

Istilah kalori sebenarnya lahir dari dunia fisika pada abad ke-19. Dari situ, ilmu gizi kemudian mengadaptasinya untuk mengukur energi yang dihasilkan tubuh dari makanan.

Namun di balik kesederhanaannya, kalori menyimpan banyak fakta unik, mulai dari air dingin yang memang bisa membakar kalori meski hasilnya nyaris tak terasa, hingga perbedaan nilai kalori di berbagai negara karena sistem pengukuran yang tak seragam.

Dilansir dari Listverse (23/10/2025), berikut 5 fakta menarik seputar kalori yang jarang diketahui.

1. Asal-Usul Kalori yang Tak Ada Kaitannya dengan Makanan

Asal-Usul Kalori yang Tak Ada Kaitannya dengan Makanan. Foto: Ilustrasi iStock

Kalori yang kini identik dengan diet dan label gizi awalnya sama sekali tidak berkaitan dengan makanan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh fisikawan Prancis, Nicolas Clément, sebagai satuan panas untuk mengukur energi yang dibutuhkan guna menaikkan suhu satu kilogram air sebesar satu derajat Celsius.

Konsep ini kemudian diadaptasi ilmuwan pangan untuk menghitung energi yang dapat dihasilkan tubuh dari makanan. Uniknya, 'kalori' yang tercantum pada kemasan sebenarnya adalah kilokalori, setara seribu kalori ilmiah.

Meskipun secara resmi sudah digantikan oleh satuan joule pada 1948, industri makanan tetap menggunakan istilah 'kalori' karena lebih mudah dipahami konsumen. Jadi, angka kalori di label makanan sejatinya merupakan peninggalan fisika abad ke-19.

2. Air Dingin dan Kaitannya dengan Kalori

Air Dingin dan Kaitannya dengan Kalori. Foto: Ilustrasi iStock

Klaim minum air es bisa membakar kalori memang benar, tetapi hasilnya sangat kecil. Secara ilmiah, tubuh perlu energi untuk menghangatkan air bersuhu 0°C hingga mencapai suhu tubuh 37°C. Misalnya, segelas air 500 mililiter hanya membakar sekitar 17 kalori, setara beberapa teguk jus buah.

Untuk membakar kalori pada satu kue kecil, seseorang harus meminum sekitar 70 gelas air es. Fenomena ini disebut termogenesis, yaitu proses tubuh menghasilkan panas melalui metabolisme. Meski beberapa tren diet memanfaatkan metode 'cold exposure', efeknya tetap minimal tanpa pola hidup sehat menyeluruh.

Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan peningkatan pembakaran kalori akibat air dingin hanya sekitar 4% untuk sementara waktu. Dengan kata lain, minum air es lebih tepat dianggap sebagai penyegar, bukan cara menurunkan berat badan.

3. Nilai Kalori Tak Selalu Sama di Setiap Negara

Nilai Kalori Tak Selalu Sama di Setiap Negara. Foto: Ilustrasi iStock

Nilai kalori pada makanan ternyata berbeda-beda tergantung tempat dan sistem pengukurannya. Di Amerika Serikat, angka kalori sering dibulatkan ke kelipatan lima atau sepuluh dan kandungan di bawah lima kalori boleh ditulis 'nol'.

Di Eropa, label gizi menampilkan dua satuan yaitu kilokalori dan kilojoule dengan standar pembulatan lebih ketat. Jepang memiliki metode unik dengan menghitung energi yang benar-benar dapat diserap tubuh, bukan total kandungan energi makanan. Akibatnya, produk makanan yang sama bisa tercatat memiliki kalori lebih rendah di Jepang dibanding Amerika.

Proses pengolahan juga memengaruhi nilai kalorinya, misalnya roti panggang atau buah kering menjadi lebih padat energi karena kehilangan kadar air. Bahkan dua orang bisa menyerap jumlah kalori berbeda dari makanan yang sama, bergantung pada usia, kondisi usus, dan pola tidur.




(sob/adr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork