Kalori sering dianggap sebagai musuh utama bagi mereka yang sedang diet, padahal konsepnya jauh lebih kompleks dan menarik dari sekadar angka di label makanan.
Istilah kalori sebenarnya lahir dari dunia fisika pada abad ke-19. Dari situ, ilmu gizi kemudian mengadaptasinya untuk mengukur energi yang dihasilkan tubuh dari makanan.
Namun di balik kesederhanaannya, kalori menyimpan banyak fakta unik, mulai dari air dingin yang memang bisa membakar kalori meski hasilnya nyaris tak terasa, hingga perbedaan nilai kalori di berbagai negara karena sistem pengukuran yang tak seragam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Listverse (23/10/2025), berikut 5 fakta menarik seputar kalori yang jarang diketahui.
1. Asal-Usul Kalori yang Tak Ada Kaitannya dengan Makanan
Asal-Usul Kalori yang Tak Ada Kaitannya dengan Makanan. Foto: Ilustrasi iStock |
Kalori yang kini identik dengan diet dan label gizi awalnya sama sekali tidak berkaitan dengan makanan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh fisikawan Prancis, Nicolas ClΓ©ment, sebagai satuan panas untuk mengukur energi yang dibutuhkan guna menaikkan suhu satu kilogram air sebesar satu derajat Celsius.
Konsep ini kemudian diadaptasi ilmuwan pangan untuk menghitung energi yang dapat dihasilkan tubuh dari makanan. Uniknya, 'kalori' yang tercantum pada kemasan sebenarnya adalah kilokalori, setara seribu kalori ilmiah.
Meskipun secara resmi sudah digantikan oleh satuan joule pada 1948, industri makanan tetap menggunakan istilah 'kalori' karena lebih mudah dipahami konsumen. Jadi, angka kalori di label makanan sejatinya merupakan peninggalan fisika abad ke-19.
2. Air Dingin dan Kaitannya dengan Kalori
Air Dingin dan Kaitannya dengan Kalori. Foto: Ilustrasi iStock |
Klaim minum air es bisa membakar kalori memang benar, tetapi hasilnya sangat kecil. Secara ilmiah, tubuh perlu energi untuk menghangatkan air bersuhu 0Β°C hingga mencapai suhu tubuh 37Β°C. Misalnya, segelas air 500 mililiter hanya membakar sekitar 17 kalori, setara beberapa teguk jus buah.
Untuk membakar kalori pada satu kue kecil, seseorang harus meminum sekitar 70 gelas air es. Fenomena ini disebut termogenesis, yaitu proses tubuh menghasilkan panas melalui metabolisme. Meski beberapa tren diet memanfaatkan metode 'cold exposure', efeknya tetap minimal tanpa pola hidup sehat menyeluruh.
Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan peningkatan pembakaran kalori akibat air dingin hanya sekitar 4% untuk sementara waktu. Dengan kata lain, minum air es lebih tepat dianggap sebagai penyegar, bukan cara menurunkan berat badan.
3. Nilai Kalori Tak Selalu Sama di Setiap Negara
Nilai Kalori Tak Selalu Sama di Setiap Negara. Foto: Ilustrasi iStock |
Nilai kalori pada makanan ternyata berbeda-beda tergantung tempat dan sistem pengukurannya. Di Amerika Serikat, angka kalori sering dibulatkan ke kelipatan lima atau sepuluh dan kandungan di bawah lima kalori boleh ditulis 'nol'.
Di Eropa, label gizi menampilkan dua satuan yaitu kilokalori dan kilojoule dengan standar pembulatan lebih ketat. Jepang memiliki metode unik dengan menghitung energi yang benar-benar dapat diserap tubuh, bukan total kandungan energi makanan. Akibatnya, produk makanan yang sama bisa tercatat memiliki kalori lebih rendah di Jepang dibanding Amerika.
Proses pengolahan juga memengaruhi nilai kalorinya, misalnya roti panggang atau buah kering menjadi lebih padat energi karena kehilangan kadar air. Bahkan dua orang bisa menyerap jumlah kalori berbeda dari makanan yang sama, bergantung pada usia, kondisi usus, dan pola tidur.
4. Manusia Bisa Bertahan Hidup Tanpa Kalori
Manusia Bisa Bertahan Hidup Tanpa Kalori. Foto: Ilustrasi iStock |
Meski terdengar mustahil, sejarah mencatat manusia bisa bertahan hidup lama tanpa asupan kalori. Kasus paling terkenal adalah Angus Barbieri, pria asal Skotlandia yang pada 1965 berpuasa total selama 382 hari tanpa makanan di bawah pengawasan medis.
Ia hanya mengonsumsi air, teh, kopi, dan suplemen vitamin. Barbieri memulai puasa makan dengan berat 207 kilogram dan berakhir di 82 kilogram. Tubuhnya bertahan karena membakar cadangan lemak, yang setiap kilogramnya menyimpan sekitar 7.700 kalori. Selama proses itu, tubuh memasuki fase ketosis menggunakan lemak sebagai sumber energi utama.
Meskipun berhasil menurunkan berat badan ekstrem, puasa semacam ini berisiko tinggi dan tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan dokter. Kasus Barbieri menjadi bukti luar biasa kemampuan adaptasi metabolisme tubuh dalam kondisi ekstrem.
5. Otak Bisa Menguras Kalori
Otak Bisa Menguras Kalori. Foto: Ilustrasi iStock |
Meski hanya mewakili sekitar 2% dari berat tubuh, otak mengonsumsi hampir 20% total energi harian manusia. Artinya dari 2.000 kalori yang masuk setiap hari, sekitar 400 kalori dipakai untuk berpikir, mengingat, dan mengendalikan fungsi tubuh. Setiap neuron di otak menggunakan impuls listrik yang memerlukan pasokan glukosa konstan.
Aktivitas mental yang intens, seperti memecahkan soal matematika, terbukti meningkatkan penggunaan energi meski hanya sedikit. Pada anak-anak, kebutuhan ini lebih besar. Otak balita, misalnya, bisa menyerap hingga 60% energi tubuh.
Namun berpikir keras tidak akan membuat seseorang langsing karena peningkatan pembakaran kalori terlalu kecil. Ironisnya, kelelahan mental justru dapat meningkatkan rasa lapar.






KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN