Paduan bahan dari Indonesia
Selain tepung beras asal Niigata, Jepang, surabi di sini juga dibuat dengan paduan bahan dari Indonesia. Misalnya santan, kopi, teh, dan pandan.
Adi berharap kombinasi bahan berkualitas dari Jepang dan Indonesia ini dapat diterima oleh lidah pelanggan Jepang. Usaha lain yang ia lakukan adalah membuat tampilan surabi Solo berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyesuaikan tampilan dan rasa dengan target pasar serta lokasi toko. Surabi kami didesain seperti mini crepes agar terlihat menarik. Punya banyak variasi rasa sesuai dengan selera lokal," ujar Adi.
Ia menambahkan, penggunaan tepung beras yang sifatnya 'gluten free' jadi poin plus sendiri bagi Surabi Tokyo. Mereka bisa menawarkan alternatif baru dari camilan lain yang lebih dulu populer di sana, seperti crepes, donat, dan waffle.
"Harapan saya, Surabi Tokyo dapat membawa angin segar dalam dunia kuliner Jepang sekaligus menjadi wadah untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia. Saya juga berharap bisnis ini dapat bertahan dan berkembang, serta memberikan kontribusi positif bagi komunitas lokal, termasuk mahasiswa Indonesia yang bekerja paruh waktu di sini," ujar pria yang kini juga memiliki perusahaan konsutasi bisnis matching ini.
Surabi rasa tradisional hingga matcha custard
![]() |
Saat ini Surabi Solo menawarkan 5 varian surabi yaitu Traditional, Custard, Choco Banana, Matcha Custard, dan Mixberry. Harganya mulai dari 150 yen (Rp 15 ribuan) sampai 430 yen (Rp 45 ribuan).
Tersedia juga minuman teh dan kopi panas maupun dingin. Harganya 350 yen atau sekitar Rp 37 ribuan.
"Lebih dari sekadar bisnis kuliner, saya ingin mengangkat nama Indonesia di Jepang melalui cita rasa yang autentik dan kualitas terbaik. Semoga Surabi Tokyo bisa menjadi jembatan budaya yang menghubungkan Jepang dan Indonesia melalui kelezatan kuliner," tutup Adi saat ditanya mengenai harapannya akan Surabi Tokyo.
(adr/odi)