Di Bogor ada tempat makan nasi uduk yang terbilang legendaris. Nasi uduk dengan puluhan lauk ini ternyata sudah ada sejak tahun 1890.
Selain nasi goreng, asinan, dan ayam goreng yang masuk ke dalam jajaran kuliner legendaris di kota Bogor, ternyata ada tempat makan nasi uduk yang usianya sudah mencapai 134 tahun.
Tempat makan ini dikenal dengan nama Nasi Uduk Kaum 58, yang berlokasi di Jalan Masjid 1, Empang. Letaknya berada di belakang Masjid Agung At-Thohiriyah.
Meski usianya sudah 134 tahun, tapi kualitas nasi uduk dan lauk di sini tak pernah berubah sejak dulu karena selalu menggunakan resep autentiik dari tahun 1890.
Berikut beberapa menu nasi uduk hingga perjalanan Nasi Uduk Kaum 58 yang legendaris:
1. Nasi Uduk Legendaris di Bogor
Nasi Uduk Kaum 58 sebenarnya baru dibuka kembali sekitar delapan bulan yang lalu. Namun tempat makan nasi uduk ini sudah masuk ke dalam daftar kuliner legendaris di Bogor.
"Nasi Uduk Kaum 58 ini sebenarnya baru dibuka sejak delapan bulan lalu. Tapi Namun untuk jualan nasi uduk sendiri, kita sudah ada sejak tahun 1890," ungkap Laela Garwi salah satu karyawan sekaligus juru masak di Nasi Uduk Kaum 58.
Jika dilihat dari sejarahnya, Nasi Uduk Kaum 58 dulunya dikenal dengan nama Nasi Uduk Ibu Itjoen yang berjualan di tahun 1890. Kemudian saat dikelola generasi kedua namanya berubah menjadi Nasi Uduk Euceu Djuriah di tahun 1920.
Lanjut di generasi ketiga namanya menjadi Nasi Uduk Ibu Cae dari tahun 1993-2021. Baru dilanjutkan oleh generasi sekarang Ibu Veruzs dengan nama Nasi Uduk Kaum 58.
2. Resep Nasi Uduk yang Tak Pernah Berubah
"Memang tempat ini baru buka kurang dari delapan bulan namun untuk resep nasi uduknya sudah ada dari 1890. Karena dulu keluarga ini secara turun temuru jualan nasi uduk, konsepnya juga dulu hanya jualan di teras rumah. Di generasi sekarang lah, Ibu Veruzs memutuskan untuk melestarikan usaha milik keluarganya dengan tempat yang lebih luas," tutur Laela.
Berbeda dengan nasi uduk lainnya, proses pembuatan nasi uduk di sini cukup lama bahkan prosesnya hampir memakan waktu lebih dari 12 jam.
"Dari malam beras sudah kita rendam, besok paginya kita angkat baru dimasukin ke dandang dan dikasih santan. Itu santannya juga kita kasih pandan, sereh, dan garam agar rasanya menyerap ke nasi. Jadi kalau nasi uduknya habis kita tidak bisa buat dadakan" lanjut Laela.
(sob/odi)