Durian memiliki banyak keunikan, mulai dari aroma, rasa, jenis, hingga nutrisi yang terkandung. Tak heran jika raja buah ini digilai banyak orang.
Durian merupakan jenis buah tropis, karena tumbuh di daerah beriklim panas dan lembab. Misalnya di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Dan setiap negara tersebut memiliki jenis durian dengan karakter yang berbeda-beda. Termasuk di Indonesia, yang mana di setiap daerahnya punya durian dengan keunikannya sendiri.
Dikutip dari Foodie (21/23/23) durian diyakini berasal dari pulau pegunungan tropis Kalimantan dan Sumatera di Selatan Filipina. Dari 29 jenis pohon durian yang ditemukan, hanya sedikit yang menghasilkan buah yang bisa dimakan.
1. Punya banyak varietas
Namun, kelompok spesies pohon ini telah dibagi lagi dan dikawinkan silang, sehingga menghasilkan ratusan varietas durian. Tentunya masing-masing memiliki karakteristik rasa dan tekstur yang berbeda.
Semakin enak rasanya, maka semakin mahal harganya. Seperti varian Mao Shan Wang dari Malaysia yang terkenal dengan rasa yang kuat, tapi kompleks dan teksturnya lembut.
Kemudian ada varietas D24 atau disebut juga durian sultan. Durian ini memiliki cita rasa pahit dan manis yang seimbang. Biasanya durian ini diolah jadi campuran es krim hingga kue.
Indonesia pun tak kalah dengan kualitas duriannya. Ada durian bawor, super tembaga hingga durian tai babi atau cumasi yang harganya bisa mencapai Rp 1.500.000 per buah.
2. Rasa durian yang unik
Penjelajah dunia Alfred Russel Wallace mengatakan bahwa durian memiliki rasa yang unik. Keunikan rasa durian itu bahkan diterbitkan dalam Hooker's Journal of Botany Kew Garden Miscellany pada tahun 1856.
Tertulis bahwa rasa durian penuh teka-teki. Rasanya seperti puding yang kaya rasa dan sangat beraroma. Dalam aromanya terkadang tercium aroma krim keju, saus bawang, dan anggur sherry.
Teksturnya yang halus yang berbeda dan tidak dimiliki buah lain. "Gak asam,gak manis,gakebrair, tapi ini sempurna," bunyi tulisan tersebut.
Simak Video "Bakmi Jawa Pedas Manis Khas Mas Pong"
(raf/odi)