Beberapa restoran cepat saji di dunia pernah dituntut pegawai dan pelanggannya karena beberapa alasan. Mulai dari menyajikan nugget terlalu panas hingga masalah lantai licin yang mencelakakan pengunjung.
Jaringan restoran cepat saji di dunia kerap menghadapi permasalahan serius, termasuk tuntutan hukum yang berakhir membuat mereka harus membayar miliaran rupiah sebagai ganti rugi. Kisahnya pun mencuri perhatian karena tuntutan ini viral di media sosial.
Penyebabnya beragam seperti menyajikan chicken nugget yang terlalu panas, dianggap tidak memberikan waktu istirahat yang cukup, hingga tidak memastikan lantai kamar mandinya kering. Hal ini berakhir merugikan pengunjung dari segi fisik seperti luka bakar dan tak bisa beraktivitas dengan normal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Tasting Table (14/8), inilah 5 momen restoran cepat saji dituntut:
1. Sajikan nugget panas
Chicken nugget McDonald's (McD) memang idealnya disajikan panas, tapi dalam suhu yang wajar untuk bisa langsung dikonsumsi. Sayangnya seorang anak 4 tahun bernama Olivia Caraballo di Amerika Serikat alami apes saat hendak makan chicken nugget McD.
Saat itu, orang tuanya memesankan paket Chicken McNugget Happy Meal lewat drive thru. Sesampainya di rumah, sang ibu memberikan chicken nugget tersebut. Ternyata olahan ayam itu masih sangat panas sehingga saat chicken nugget terjatuh di pangkuan Olivia, pahanya melepuh dan alami luka bakar.
Sang ibu yang bernama Philana lalu menuntut pihak McD. Mereka minta ganti rugi senilai USD 15 juta (Rp 229 miliar) karena menganggap McD gagal dalam melindungi keselamatan konsumen. Kabar terakhir, pihak keluarga Olivia akhirnya diberikan ganti rugi USD 800.000 atau sekitar Rp 12,2 miliar oleh McD.
2. Tidak berikan waktu istirahat yang cukup
![]() |
Mendapat waktu istirahat adalah hak untuk pegawai restoran. Karenanya ketika pegawai Five Guys di California tidak mendapat waktu istirahat yang cukup, mereka menuntut restoran tempatnya bekerja.
Pegawai berpendapat untuk shift 5 jam seharusnya mereka berhak dapat istirahat makan selama 30 menit. Lalu untuk shift lebih dari 12 jam, istirahat makan 30 menit lainnya harus diberikan lagi. Untuk setiap 4 jam kerja, istirahat 10 menit patut didapat.
Atas tuntutan yang berlangsung tahun 2018 itu, pegawai Five Guys akhirnya menemui titik terang pada Mei 2023. Hakim Distrik AS mengabulkan tuntutan para pegawai dimana mereka mendapat hingga USD 900 (Rp 13,7 juta) sebagai kompensasi untuk waktu istirahat yang diabaikan.
3. Diskriminasi pegawai
Diskriminasi tidak patut dibenarkan apapun alasannya. Seorang manajer wilayah Starbucks di Philadelphia bernama Shannon Phillips hadapi tuntutan diskriminasi usai menahan 2 pria berkulit hitam di gerai Starbucks.
Meski Phillips tidak berperan langsung dalam penahanan, tapi dia tidak bisa mengelak ketika atasan menginstruksikannya untuk membuat seorang manajer distrik kulit putih cuti usai kejadian itu. Phillips yakin manajer itu tidak terlibat sehingga ia menolak arahan atasannya.
Namun pengelakannya berujung membuat ia dipecat oleh Starbucks. Merasa diperlakukan tidak adil dan bahwa pemecatannya berakar pada praktik diskriminatif, Phillips menuntut Starbucks ke pengadilan. Pihak Starbucks sempat berdalih bahwa penghentian Phillips karena kinerjanya tidak bagus, tapi pengadilan lebih memihak pada Phillips. Kasus ini diakhiri dengan Starbucks yang dimintai pertanggungjawaban. Phillips pun mendapat ganti rugi yang amat besar yaitu USD 25,6 juta (Rp 392 miliar)!
4. Lantai licin
![]() |
Di restoran cepat saji kerap ditemukan tanda peringatan lantai licin berwarna kuning. Sayangnya tanda itu tidak dipasang oleh tiap restoran sehingga bisa berujung mencelakakan pengunjung. Hal inilah yang dialami seorang pengunjung Burger King di Hollywood, Florida.
Richard Tulecki dilaporkan alami kecelakaan serius karena terjatuh akibat lantai kamar mandi yang licin. Dampaknya sangat fatal, bahkan sampai membuat ia tidak dapat melanjutkan pekerjaannya.
Pengacara Tulecki menekankan kalau kecelakaan itu sangat mempengaruhi kliennya. Dampaknya tidak hanya kerugian finansial, tapi juga emosional karena pekerjaan dianggap bagian dari harga diri dan identitas seseorang.
Pengadilan akhirnya mengakui kelalaian pihak Burger King. Mereka dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Masalah ini berakhir dengan pemberian USD 7,81 juta (Rp 119,5 miliar) untuk Tulecki oleh pihak Burger King.
5. Isian daging sapi yang tidak tepat
Taco Bell punya menu istimewa, Taco Bell Mexican Pizza. Menu ini muncul tahun 2020, tapi sempat dihentikan karena masalah rantai pasokan yang membuat para penggemarnya kecewa. Pada 2022, menu ini akhirnya kembali.
Namun munculnya menu ini bukan tanpa tantangan. Taco Bell menghadapi tuntutan hukum karena isian daging sapi yang diiklankan dianggap salah. Frank Siragusa memulai gugatan pada Taco Bell hingga menuntut ganti rugi sebesar USD 5 juta (Rp 76,6 miliar).
Jika berhasil, uang ini kabarnya akan didistribusikan di antara pelanggan Taco Bell di New York. Penyelesaian gugatan kini masih tertunda. Taco Bell kini menghadapi pilihan, menghentikan penjualan Taco Bell Mexican Pizza atau menyesuaikan iklannya untuk menggambarkan produk yang lebih akurat.
(adr/odi)