Kebutuhan ekonomi membuat beberapa lansia masih harus bekerja keras dengan berjualan makanan. Tak heran kalau mereka merasa senang saat dagangannya diborong habis.
Usia senja bukan halangan bagi para kakek nenek ini untuk berjualan makanan. Apa lagi alasannya kalau bukan untuk memenuhi kebutuhan harian.
Di usia yang tidak muda lagi, tentu fisik kakek nenek ini sudah tak kuat, apalagi masih harus berjalan menempuh belasan kilometer menjajakan makanan. Organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) punya program bertajuk Borong UMKM yang kegiatannya membeli makanan dari penjual UMKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa kakek nenek penjual makanan yang dagangannya diborong:
1. Cilung Pak Mamad
Cilung alias aci gulung adalah jajanan berbahan tepung sagu. Jajanan asli Bandung ini dibanderol dengan harga murah, pembelinya juga dari kalangan anak-anak yang biasanya jajan dengan nominal uang kecil.
Salah satu penjual cilung di Garut, Pak Mamad merasa senang saat dagangannya diborong habis. Sebelum menjual cilung, Pak Mamad menjajakan bakso ikan namun keuntungan tidak seberapa.
Selain senang karena diborong dagangannya, Pak Mamad juga senang karena mendapat modal tambahan untuk ia berjualan cilung. "Alhamdulillah sekarang agak rame anak-anak. Sebelumnya sepi nggak ada yang beli," kata Pak Mamad.
Saksikan juga:Frans Sanjaya, Youtuber Spesialis Action Figure Jutaan Rupiah
2. Bandros Pak Emod
Pak Emod saat ini berusia 72 tahun namun ia masih harus berkeliling menjajakan bandros di kawasan Tasikmalaya, Jawa Barat. Setiap hari ia memikul dagangannya keliling kampung dan menempuh jarak belasan kilometer.
Bandros dagangan Pak Emod tidak ramai pembeli, saat siang hari bahkan kakek ini mengaku belum mendapat pembeli. Ketika dagangannya diborong habis, Pak Emod langsung pasang wajah sumringah sambil berulang kali mengucapkan terima kasih.
![]() |
3. Ubi Pak Ukar
Pak Ukar ini berusia 92 tahun. Di usia yang sudah tidak muda lagi, ia masih harus berjualan di pinggir jalan demi memenuhi kebutuhan hariannya. Pak Ukar setiap pagi berjualan ubi, pisang dan singkong di Ciampea, Bogor Barat.
Ketika ditanya soal kegiatannya berjualan, Pak Ukar hanya menjawab tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Padahal usia yang hampir satu abad seharusnya digunakan Pak Ukar untuk beristirahat. Ketika mengetahui dagangannya diborong habis, Pak Ukar langsung senang sambil berdoa.
4. Minuman Ibu Maesaroh
Ibu Maesaroh setiap hari berada di tengah ibukota dan merasakan sendiri bagaimana ramainya kondisi pasar Tanah Abang, Jakarta. Wanita berusia 70 tahun ini setiap hari berjualan minuman meskipun terkadang seharian hanya laku beberapa gelas saja.
Sebagai tulang punggung keluarga, Ibu Maesaroh mengaku harus tetap berjualan demi menghidupi anak-anaknya karena ia sudah lama ditinggal sang suami. Mendapati dagangannya diborong habis, Ibu Maesaroh langsung terharu menangis sambil mengucapkan terima kasih.
![]() |
5. Nasi Uduk Ibu Jahati
Nenek Jahati saat ini berusia 80 tahun, ia setiap hari masih harus berkeliling untuk menjajakan nasi uduk. Ia memikul dagangannya dengan bakul dan tampah anyaman bambu. Seporsi nasi uduk dagangannya hanya dijual Rp 5.000 namun sering sepi pembeli karena banyak saingan.
Setiap dini hari Nenek Jahati sudah bangun pukul 3 untuk memasak nasi uduk. Ia tinggal sendiri di rumah mungilnya karena semua anaknya sudah menikah dan tinggal terpisah. Nenek Jahati langsung senang saat dagangannya diborong habis, ia pun mendapat modal usaha.