Jadi jajanan favorit orang Indonesia, martabak telur punya sejarah menarik. Martabak telur diadaptasi dari kuliner India lalu mendapat sentuhan lokal.
Martabak telur begitu digemari di Indonesia. Dibuat dari adonan tepung terigu sebagai kulitnya lalu diberi isian campuran telur, daging cincang, irisan daun bawang, bawang bombai, bawang putih, dan bumbu lainnya.
Ciri khas martabak telur ada pada kulitnya yang garing dan gurih, sementara dalamnya lembut. Biasanya martabak telur dibuat dari telur bebek karena rasanya lebih gurih dan aromanya lebih wangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau dikenal sebagai jajanan khas Indonesia, tahukah kamu kalau martabak telur diadaptasi dari kuliner India? Chef Wira Hardiyansyah menceritakannya.
![]() |
Dikutip detikfood dari Instagram wirahardiyansyah2.0 (19/7) atas seizinnya, ia mengatakan sejarah martabak telur bisa dilihat dari pengaruh India pada berbagai kebudayaan Nusantara.
"Pengaruh India sudah tampak di Nusantara sejak abad pertama. Pada masa penyebaran Islam, banyak pendatang dari Gujarat datang ke Nusantara. Ini juga berpengaruh terhadap kultur gastronomi," tulisnya mengawali cerita.
Flatbread, misalnya, sudah ada sejak beribu-ribu abad sebelum Masehi. Hidangan roti tipis ini juga terkenal di India. Di sana ada beberapa jenis flatbread terkenal seperti capati, rotti, dan paratha.
"Dari India pun budaya (flatbread) tersebut menyebar. Dari Gujarat India menyebar ke berbagai negara. Orang Gujarat yang sebagian Muslim mau tidak mau sering berinteraksi dengan orang Arab. Inilah cikal bakal peradaban istilah "martabak" bermula," kata Wira.
Martabak konon berasal dari bahasa Arab yaitu 'murtabak' atau 'mutabbaq' yang artinya 'lipatan'. Hal ini sesuai dengan bentuk martabak yang dilipat menyerupai amplop.
![]() |
Wira menjelaskan, "Martabak yang berasal dari India yang tersebar melalui perdagangan hingga Asia Tenggara. Selain di Indonesia, martabak juga bisa ditemukan di negara-negara lain."
Di beberapa daerah, martabak telur disajikan dengan keasliannya yaitu memakai pelengkap acar dan kuah kari. "Atau ada yang terjadi akulturasi dengan menambahkan cuka sesuai kebudayaan Sumatera," tuturnya.
Sejarah martabak telur di Indonesia juga tak bisa dipisahkan dari kejadian tahun 1950. Dulu masih banyak orang Indonesia yang menggunakan nama negara sebagai nama dagangan mereka.
Misalnya martabak India, martabak Mesir, Kubang, dan Arab. "(Namun) semenjak konflik 1950 dengan india penjual martabak telur tidak lagi menyebut dagangannya sebagai martabak India atau martabak India asli, hanya martabak mesir, Kubang dan Arab," tutup Wira.
(adr/odi)