Martabak telur yang gurih renyah ternyata bukan makanan asli Indonesia. Jika diruntut dari kemunculannya, martabak telur punya sejarah panjang.
Jelang malam hari biasanya banyak bermunculan para penjual martabak. Di Indonesia martabak secara umum terbagi menjadi dua jenis, ialah martabak manis atau terang bulan dan martabak telur.
Martabak bahkan identik sebagai buah tangan dari seorang pria yang hendak mendekati keluarga dari kekasih wanitanya. Ternyata martabak, khususnya martabak telur, yang gurih dan renyah bukan makanan asli Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melainkan ada andil para pedagang India dan perjalanan sejarah yang panjang melatar belakangi lezatnya martabak. Jika meruntut kembali jejaknya, ada beberapa kejadian yang membuat martabak telur kini populer di Indonesia.
Baca juga: Bule Masak Nasi Goreng dengan Benar Dibanjiri Pujian
Berikut ini 5 fakta sejarah martabak telur yang bukan makanan asli Indonesia:
![]() |
1. Kemunculan martabak telur
Radio Republik Indonesia (RRI) mencatat bahwa kemunculan martabak pertama kali tercatat pada 1930. Namun jauh dari hadirnya martabak di Indonesia, hidangan ini telah lama populer di India, Yaman, dan beberapa negara Asia Selatan hingga Timur Tengah.
Martabak aslinya dikenal dengan istilah murtabak yang berarti roti pipih dan diisi telur. Teori penyebaran martabak dipercaya berkat andil dari seorang saudagar India yang datang Indonesia.
Ia yang berbisnis di Indonesia akhirnya menikah dengan seorang wanita lokal. Sejak saat itu makanan kesukaannya, murtabak, dikembangkan oleh istrinya sebagai hidangan yang dijual kepada orang sekitar.
2. Hidangan martabak telur di Timur Tengah
Sebelum menyebar hingga ke Asia Tenggara, martabak telur awalnya disajikan di Arab Saudi, Yaman, India, dan beberapa negara tetangga. Di kampung halaman aslinya martabak terkenal sebagai hidangan seperti pancake yang diisi telur, daging, dan banyak sayuran di dalamnya.
Untuk menikmatinya biasanya akan disajikan dengan saus pelengkap. Adapun martabak yang asli awamnya dipadukan dengan kuah kari yang kental berempah untuk menambah cita rasanya.
Penyajiannya tentu berbeda dengan martabak telur di Indonesia yang disajikan dengan racikan saus asam pedas. Adapun martabak telur yang sudah disajikan di Indonesia namun masih terbilang mirip dengan martabak aslinya lebih banyak disajikan di tanah Sumatra.
Fakta martabak telur yang tak kalah menarik ada di halaman berikutnya.
3. Masuknya martabak telur di Indonesia
Sosok Hj Masniah disebut-sebut sebagai istri dari saudagar India yang mempopulerkan martabak pertama kali. Sekitar 1935 disebutkan pasangan saudagar India dan wanita lokal ini memulai bisnis martabaknya di Semarang.
Namun hidangan martabak yang diperkenalkannya pertama kali berada di Lebaksiu Kidul, Tegal yang merupakan kampung halaman dari Hj Masniah. Setelah berhasil dengan bisnisnya, Masniah disebutkan pernah berjualan martabak secara berkeliling dari daerah ke daerah lainnya.
Kesuksesannya juga membuat orang-orang di sekelilingnya kelimpahan rezeki. Masniah rupanya mempekerjakan tetangga atau bahkan saudaranya serta mengajarkan mereka cara membuat martabak.
4. Popularitasnya yang melambung
![]() |
Tak disangka ilmu yang dibagikan oleh Masniah diserap dengan sangat baik oleh para karyawannya. Mereka yang merasa sudah mampu dan andal membuat martabak kemudian memilih mengundurkan diri.
Rupanya mantan pekerja Masniah mendirikan gerai-gerai martabak di banyak tempat lain. Sampai akhirnya resep dan cara membuat martabak diwariskan turun temurun kepada lebih banyak orang.
Tak heran jika kini martabak telur banyak ditemukan di mana-mana dan beragam variasinya. Namun jika diperhatikan biasanya martabak telur akan disajikan bersamaan martabak manis dengan para penjual dari Tegal dan Jawa Tengah maupun sebagian dengan sentuhan Chinese dari Bangka.
5. Hilangnya martabak asli India
Di tengah popularitas martabak telur asli India yang meroket di Indonesia, Historia justru mencatat adanya penurunan eksistensi terhadap martabak asli India. Bahkan dapat dikatakan bahwa kini martabak asli India sudah hilang dan sulit ditemukan.
Perjalanannya disebut bermula ketika Guru Dutt Sondhi, wakil Asian Games Federation dari India berkunjung ke Indonesia pada 1962. Namun Sondhi yang menyebut Indonesia tak siap sebagai tuan rumah menuai kontroversi sampai didemo agar dipulangkan, hal ini rupanya mengganggu keberadaan pendatang India di Indonesia.
Sampai-sampai para penjual martabak baik yang berada di kawasan Pasar Baru atau sudut Jakarta lain menghapus sebagian nama di gerobaknya, "Martabak India Asli" diubah menjadi "Martabak". Firman Lubis yang merupakan guru Besar Kedokteran Universitas Indonesia dalam jurnalnya Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja mengatakan sejak itu tak ada lagi penjual martabak yang mengaku asli India.
Baca juga: Pemilik Restoran Italia Legendaris Raih Penghargaan 'Lifetime Achievement'
Simak Video "Asyik! Makan Disini Cuma Rp 6.000 Per-porsi"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)