Bir kopi atau coffee beer jadi minuman yang kini tengah menjadi favorit banyak orang. Namun, apakah halal untuk dikonsumsi? Ini fakta menariknya.
Beberapa waktu lalu Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melalui Instagramnya @khofifah.ip, mempromosikan tentang produk minuman bernama bir kopi atau coffee beer.
Ia menjelaskan bahwa bir kopi sama seperti bir pletok khas Betawi. Meskipun namanya 'beer' tetapi minuman ini tidak mengandung alkohol, jadi tidak akan memberikan efek yang memabukkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasanya justru manis dan menyegarkan apalagi ditambah dengan es batu. Kini, minuman tersebut tengah jadi favorit banyak orang. Bahkan banyak kafe kekinian yang menawarkan minuman legendaris tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 5 fakta menarik tentang kopi beer.
1. Berasal dari Jombang, Jawa Timur
![]() |
Jika di Jakarta dikenal dengan bir pletok, dan Yogyakarta dikenal dengan saparella, maka di Jombang juga ada minuman serupa. Minuman tersebut dikenal dengan sebutan coffee beer atau bir kopi.
Bir kopi merupakan minuman legendaris yang berasal dari Jombang, Jawa Timur. Disebut legendaris karena minuman ini pertama kali dibuat pada tahun 19663 silam.
Yang memproduksi pertama kali ada sebuah perusahaan lokal bernama Agung Ngoro. Dilansir dari situs web resmi Agung Ngoro, bir kopi sudah mendapat izin edar dari BPOM, sehingga aman untuk dikonsumsi.
Adanya bir kopi bisa menjadi cara lain untuk menikmati kopi. Bahkan produk ini juga mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
"Bagaimana? penasaran gak dengan rasa bir asli Jawa Timur ini? Jangan ngaku pencinta kopi kalau belum pernah nyicipin minuman legend ini," tulisnya dalam sebuah unggahan di Instagram (12/09).
Baca Juga : Bir Beraroma Kopi Kotoran Gajah Laku Keras di Jepang
2. Tidak Mengandung Alkohol
![]() |
Mungkin banyak yang menyangka bahwa coffee beer mengandung alkohol. Mengingat kata 'beer' yang dipakai memang dikenal sebagai minuman beralkohol.
Apalagi minumannya yang dikemas dengan botol kaca berwarna hijau gelap. Jika melihat tampilannya memang tak jauh berbeda dengan minuman beralkohol pada umumnya.
Namun, meskipun minuman ini memiliki nama 'beer', tetapi produk ini tidak mengandung alkohol sedikit pun. Jadi, bir kopi halal untuk dikonsumsi semua kalangan.
Bir kopi sendiri diracik dengan campuran gula pasir, air, CO2, karamel, dan kandungan kopi. Rasa yang ditawarkan ringan manis dan menyegarkan.
3. Awal Kepopuleran Bir Kopi
![]() |
Awalnya, kepopuleran bir kopi khas Jombang ini memang tidak seperti bir pletok khas Betawi. Dulu, kopi beer hanya dikenal oleh masyarakat lokal saja.
Kemudian ada pendatang yang mencicipi minuman tersebut dan menyukai rasanya. Sejak saat itu, bir kopi mulai diperkenalkan melalui media sosial.
Dan tak disangka kini kepopulerannya hingga ke kota-kota besar lainnya, termasuk di Jakarta. Sekarang bir kopi sudah dikenal oleh banyak orang di Indonesia.
4. Jadi Menu Favorit di Kafe Kekinian
![]() |
Saking populernya, bir kopi kini banyak ditawarkan di kafe-kafe kekinian. Bahkan bir kopi menjadi menu favorit dan paling banyak di pesan.
Rata-rata harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 40.000, tergantung tempat yang menawarkan. Biasanya bir kopi disajikan dengan es batu di gelas.
Kemudian bir kopi dituangkan sedikit demi sedikit ke gelas berisi es batu tersebut. Rasanya yang ringan, manis dan menyegarkan ini cocok untuk nongkrong santai di kafe.
5. Menu Lain yang Ditawarkan
![]() |
Selain bir kopi, perusahaan Agung Ngoro juga memiliki racikan minuman lainnya. Minuman tersebut adalah sarsaparilla dan limun temulawak.
Meski terkesan seperti jamu, tetapi rasanya tidak pahit seperti jamu-jamu pada umumnya. Kedua minuman tersebut juga tak kalah menarik dari bir kopi.
Bahkan, Alm Gus Dur mantan Presiden Indonesia termasuk penggemar minuman ilmu temulawak produk dari Agung Ngoro.
Mengutip dari laman Instagram @agungngoro, dulu setiap kali Alm Gus Dur berkunjung ke Jombang tak pernah ketinggalan untuk membeli minuman tersebut.
Baca Juga : Terbukti Orang Suka Kopi dan Bir Bukan karena Rasanya
(raf/odi)