Proses membuat tape ketan tidak sembarangan. Namun ada beberapa mitos terkait proses peragian tape ketan yang masih dipercaya hingga saat ini.
Tape ketan merupakan jajanan tradisional khas Betawi. Membuat tape ketan tidak semudah yang dibayangkan. Tape ketan harus melewati beberapa proses mulai dari perendaman, pengukusan, pendinginan, pengukusan lagi, hingga proses fermentasi.
Nah, proses fermentasi itulah yang tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada beberapa mitos yang masih dipercaya kuat oleh banyak orang saat menaburkan ragi pada adonan tape ketan.
Melalui Live Instagram bersama Penulis dan Praktisi Kuliner Harry Nazarudin, pemilik bisnis Tape Uli Cisalak mengungkap bahwa mitos tersebut berhubungan dengan fokus seseorang yang nantinya mempengaruhi hasil akhir dari tape ketan.
Percaya atau tidak pemilik bisnis tape ketan yang sudah 63 tahun beroperasi itu telah membuktikan mitos-mitos tersebut. Dan mitos pada proses peragian itu tidak hanya saat membuat tape ketan saja, tetapi makanan fermentasi lainnya.
Berikut ini 5 mitos proses peragian saat membuat tape ketan yang masih dipercaya.
1. Tidak Boleh Emosi
Tidak dalam keadaan emosi adalah syarat untuk seseorang yang bertugas untuk melakukan proses peragian pada pembuatan tape ketan. Percaya atau tidak hal tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir dari tape ketan yang dibuat.
Pernyataan ini juga disampaikan oleh pemilik bisnis Tape Uli Cisalak yang telah 63 tahun memproduksi tape ketan. Berdasarkan pengalamannya, ketika dalam keadaan emosi akan membuat pikiran tidak fokus.
Dengan begitu, saat memasukkan ragi bisa jadi tidak merata. Linda Sari, generasi ke-2 dari bisnis Tape Uli Cisalak mengatakan produk tape ketannya kerap kali gagal ketika ia merasa tak enak hati saat proses peragian.
"Entah itu tapenya keras, rasanya asam pasti gagal," tutur Linda Sari dalam Live Instagram bersama Penulis dan Praktisi Kuliner Harry Nazarudin.
Baca Juga : Ini 5 Fakta Tape Uli Cisalak yang Populer Sejak 63 Tahun Lalu
(raf/adr)