Pekalongan identik dengan nasi megono. Di rumah makan ini ada nasi megono dengan aneka lauk rumahan sedap yang jadi favorit mendiang Bondan Winarno.
Membicarakan makanan khas Pekalongan tidak bisa meninggalkan nasi megono, nasi putih topping cacahan nangka muda yang rasanya gurih nikmat. Sebelumnya nangka muda dicampur kelapa parut dan aneka bumbu rempah.
Nasi megono dinikmati dengan beragam lauk rumahan sesuai selera. Kombinasi nikmat ini bisa kamu cicip di RM Tjukup yang ada di Jl. Manggis Nomor 10, Pekalongan.
Rumah makan ini tergolong legendaris karena sudah ada sejak 1982. Pendirinya adalah bapak Tjukup yang kini sudah meninggal. Usaha rumah makannya dilanjutkan sang istri, ibu Kumala Ningsih atau akrab disapa ibu Tjukup.
Ditemui tim d'foodspot (14/4), wanita ini menceritakan sejarah rumah makan miliknya dan sang suami. Ternyata berawal dari keinginan mencukupi kebutuhan 6 anaknya.
"Pak Tjukup dulu guru di sekolahan, tapi saya punya anak 6, honornya tidak mencukupi. Kalau malam, dia masak teh di Pabrik Teh Sepeda Balap. Honornya guru cuma Rp 25 ribu/bulan saat itu," kata ibu Tjukup mengawali cerita.
Ia pun 'terpaksa' mencari penghasilan tambahan. "Tetangga masak-masak gitu kan, saya yang jualin. Lama-lama saya belajar nekat, saya bisa bikin sendiri," katanya. Ia lantas menawarkan menu nasi megono dengan aneka lauk.
Saat ini ada sekitar 30 sampai 40 lauk yang ditawarkan di sini. Semuanya makanan khas Indonesia yang akrab dengan selera kebanyakan orang.
Beberapa di antara menu tersebut lantas jadi primadona di kalangan warga lokal Pekalongan dan pelancong. Tak sedikit yang rela datang jauh-jauh demi mencicipi nikmatnya nasi megono RM Tjukup.
Cumi item dan garang asem yang sedap
Salah satu menu yang paling favorit, cumi item. Kuahnya cukup kental dan pekat dengan warna hitam dari tinta cumi yang khas. Menu ini terasa nikmat karena memadukan kenyalnya cumi dengan bumbu gurih.
"Cumi item itu masaknya seperti bumbu ayam goreng, cuma dikasih cabe. Orang Pekalongan itu bilang kalau cumi tidak hitam, rasanya kurang gurih. Mereka justru cari yang kuahnya hitam," kata ibu Tjukup.
Lalu ada juga garang asem khas Pekalongan yang tampilannya serupa rawon. "Bikinnya memang pakai keluak mirip rawon. Untuk isinya, kalau di Pekalongan itu, garang asem pasti pakai daging otot sapi," lanjut ibu Tjukup.
Potongan otot sapinya terasa empuk dan lembut saat digigit karena proses masak yang lama. Sementara kuahnya memang mirip rawon dengan jejak rasa keluak yang tak terlalu kuat.
Kepincut nikmatnya sambal goreng ati dan rendang otot sapi
Pilihan lauk yang banyak di RM Tjukup membuat kami tergoda mencicipi dua menu lain. Pertama, sambal goreng ati yang warna merahnya mencuri perhatian.
Ibu Tjukup menjelaskan, "Di dalamnya juga ada irisan ampela dan kadang udang. Untuk cabenya pakai cabe merah yang dikukus dulu, baru digerus, dan digongseng." Menurutnya proses ini membuat warna merah cabe yang cantik keluar dengan maksimal.
Nah, bagi pencinta rendang, jangan lewatkan rendang di RM Tjukup. Warnanya cokelat muda, mirip rendang khas Betawi, bukan rendang khas Minang yang biasanya hitam legam.
Rendang ini bukan dibuat dari daging sapi, melainkan otot sapi. Teksturnya lebih kenyal dan lembut dari tetelan karena dalam memasaknya, otot sapi dipresto dulu. Menyantapnya bersama balutan bumbu rendang dan gurihnya nasi megono terasa mantap!
Sajian di sini jadi favorit mendiang Bondan Winarno, baca halaman selanjutnya.
Simak Video "D'foodspot: Nasi Megono yang Legendaris di Pekalongan"
(adr/odi)