Roti merupakan penganan yang familiar dan digemari masyarakat Indonesia, baik sebagai snack maupun sebagai pengganjal sebelum makan besar. Ini juga yang membuat roti menjadi komoditas dan memiliki potensi pasar yang menjanjikan.
Namun, di tengah persaingan bisnis dan banyaknya brand bakery besar yang muncul, ternyata roti rumahan dan lokal masih mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan Rotihui yang menjual roti ebi, roti khas dan hanya ada di Pontianak, sejak tahun 2014 di Jakarta.
"Roti Ebi, roti khas Pontianak. Itu roti sejarah yah, cuma ada di Pontianak, budaya, sejarah, dan kuliner khas Pontianak, tempat lain ga ada. Ebi itu isinya udang kering cincang. Roti asin, bentuknya simpel, bulat doang gitu, dalamnya isinya ebi," ujar pemilik Rotihui, Kimanto Effendi kepada detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kimanto menjelaskan awalnya pasar roti ebi ini hanya komunitas dan orang-orang Pontianak yang ada di Jakarta. Namun seiring waktu, roti ebi juga disukai lebih banyak orang. Saat ini, selain roti ebi, Rotihui menjual 12 varian roti dan kue kering.
"Lumayan best seller itu roti ebi, roti bakso ayam. Roti ebi kita dikenal kalangan orang Pontianak, tapi orang Jakarta juga banyak yang suka. Sambutannya oke, karena kita roti rumahan, keunggulannya nggak pakai pengawet, bikinnya nggak skala besar, dari garasi aja bikinnya," ujarnya.
Merambah Penjualan Lewat Marketplace
Sejak awal berdiri, Rotihui tak hanya memanfaatkan penjualan lewat offline saja, yaitu menitipkan roti yang dijual dari toko ke toko. Namun, Rotihui ikut memanfaatkan penjualan lewat Blackberry hingga Facebook.
Lalu seiring waktu, Rotihui mulai merambah layanan platform antar makan hingga marketplace. Saat ini, Kimanto bahkan mengaku selalu mengarahkan calon konsumen untuk membeli lewat marketplace karena lebih praktis, baik dari segi pembeli maupun konsumen.
"Pas awal-awal, sangat awal, marketplace orang agak kurang percaya, karena di Indonesia itu orang pada tahu (belanja) fisik, orang tanya mengenai produk. Karena banyak juga, saya ada pasang toko di Tokopedia. (Sekarang) orang beli saya alihkan ke Tokopedia karena lebih praktis," ujarnya.
"Kita nggak perlu ngurus alamat, nggak perlu mikir pengirimannya, serba otomatis, sama pencatatannya juga jauh lebih jelas. Saya banyak alihkan, kalau mau cepat ke Tokopedia, varian-variannya juga (bisa dilihat di situ). Saya pasang Instagram juga direct-nya ke marketplace, call to action juga ke marketplace. Jadi kita handle-nya juga ga satu-satu, produk ini produk itu, bisa lihat di etalase, uraian-uraian orang," jelas Kimanto.
Menurutnya, saat ini orang juga mulai percaya belanja makanan di marketplace, selain platform layanan antar makanan. Apalagi sejak mendapat izin usaha dan label halal MUI serta ditambah menjadi toko ofisial, banyak keuntungan yang didapatkan Rotihui.
"Masuk ke Tokopedia nggak ada komisi, fee penjualan, makanya varian lebih murah. Customer juga larinya ke marketplace, kepercayaan masyarakat kan bisa dilihat dari ulasan-ulasan. Dari segi volume penjualan, jadi orang juga beralih," ujarnya.
Diungkapkannya, flash sale, kupon-kupon, program hingga adanya cashback dari marketplace turut membantu penjualan Rotihui. Adapun selama pandemi, penjualan Rotihui juga turut meningkat 20-30%.
"Eskalasinya uptrend, bisa sampai 20-30%. Mungkin karena PSBB, PPKM, orang malas keluar, terus dapat referensi, akhirnya beli. Untuk bulan Maret, April, Mei naik terus. Omzet fluktuatif, pernah sampai Rp 100 jutaan per bulan, karena ada Lebaran, itu dari roti dan kue kering," ujarnya.
Lebih lanjut Kimanto menjelaskan roti yang dibuat Rotihui bisa tahan hanya tiga hari karena tidak memakai bahan pengawet. Makanya Rotihui hanya menerima pembelian roti untuk pengiriman same day dan next day saja. Setiap harinya, Rotihui yang memiliki 12 karyawan ini bisa membuat 500-1.000 roti. Angka ini fluktuatif dan tergantung pesanan.
"Kita punya selling point sendiri, pertama home bakery itu lebih condong karena artisan bakery. Kita homemade, bahan-bahannya benar-benar kita yang bikin, tepung, filling kita semua yang bikin. Kacang merah, ebi kita bikin sendiri, kita datangkan dari Pontianak, isi ayam kita olah sendiri, jadi bukan dari pabrikan," ujarnya.
Tips untuk UMKM Roti Lainnya: Jaga Kualitas Produk
Ia juga membagikan tips sukses menjalankan bisnis roti miliknya tersebut. Pertama, jujur dengan produk yang dibuat. Lalu kedua, tidak main di harga, tetapi bersaing dalam kualitas produk. Menurutnya, jangan mengambil margin yang terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.
"Contoh roti ebi waktu itu ada yang jual juga orang Pontianak ada Rp 5 ribu, saya masuk langsung Rp 7 ribu. Kita nggak bersaing harga, kita lebih condong ke kualitas. saya datang sebagai pemain baru, tapi datang bukan sebagai kompetitor, jadi saya masuk ke situ, tapi akhirnya punya saya diterima, orang tetap mau beli ke saya," ujarnya.
Saat ini rata-rata harga varian Rotihui di kisaran Rp 8.000. Menurut Kimanto, harga tersebut sudah layak untuk roti dengan isian banyak, meski lebih mahal dibanding roti warung atau lebih murah dibanding roti yang ada di mal.
"Saya penggemar roti, anak-anak saya juga penggemar roti, tapi kalau beli roti-roti itu isinya secuil aja. Misalnya roti coklat, kan rotinya gede tapi isi secuil coklat doang. Jadi worth it lah, lu beli Rp 8.000 isinya banyak," ujarnya.
Untuk penjualan, Kimanto menyarankan untuk selalu update terkait informasi yang didapat dari marketplace dan mengikuti berbagai program yang ditawarkan. Sebab ini penting untuk menarik penjualan dari konsumen.
"Awal starting kita, Tokopedia ada sediakan free untuk broadcast chat. Broadcast itu juga penting ngingetin pelanggan untuk beli kembali, atau menarik konsumen untuk coba-coba rotinya. Ada broadcast chat, sama flash sale, ikut-ikut aja fitur yang baru, sama kita pelajari analisisnya mana yang menghasilkan. Lalu harus ada iklannya lah, jangan pasif," pungkasnya.