Di Depok ada tempat ngopi baru yang konsepnya seperti datang ke ke 'rumah sedulur'. Suasananya seperti kampung di Jawa dengan bangunan limasan 300 tahun yang penuh sejarah!
Coffee shop di Depok ini belum lama dibuka, namun sudah mencuri perhatian. Bernama Rumah Tjempaka, sensasi yang ditawarkan saat ngopi di sini berbeda dari kebanyakan tempat ngopi lain.
Kamu akan serasa mendatangi rumah eyang atau rumah sedulur (saudara) di Jawa! Pekarangannya cukup luas dengan 'primadona' berupa bangunan limasan yang klasik dan cantik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Limasan ini bukan sembarangan karena sudah berumur 300 tahun! Limasan asal Pati, Jawa Tengah ini bahkan sudah menaungi 3 generasi pemiliknya.
Limasan diboyong dari Pati ke Depok
![]() |
Kepada detikfood (25/6), pemilik Rumah Tjempaka, Peny Pujiati menceritakan limasan ini. Ia mengatakan limasan ini dibeli pemilik Rumah Tjempaka lainnya, Marrysa Tunjung Sari atau akrab disapa Sasha.
"Sasha membeli rumah (limasan) ini di Pati, Jawa Tengah. Kemudian dibawa ke sini. Rumah ini sudah berusia 300 tahun, sudah menaungi 3 generasi. Di generasi keempat ini dijual dan Sasha ingin mengambil secara keseluruhan," ujar Peny.
Limasan itu lalu diboyong melalui perjalanan panjang dari Pati menuju Depok tahun 2020. Beruntung rumah ini mudah 'dipindahkan' karena prinsip pembuatan bangunan lama menggunakan sistem knock down tanpa paku.
Begitu sampai di Cilodong, limasan ini disusun kembali hingga menjadi bangunan utuh. Namun saat itu Sasha sebagai pemilik tak langsung memanfaatkannya.
Barulah pada Juni 2022, ia mengajak Peny sekaligus Mikael Teguhjaya, suami Peny yang merupakan pemilik coffee roastery, Juno The Coffee Company. Mereka bekerja sama mendirikan Rumah Tjempaka.
Peny mengatakan, "Nama Rumah Tjempaka berasal dari nama Mahisa Cempaka, seorang raja dari Majapahit yang tadinya akan dipakai untuk nama anaknya Mba Sasha."
Kerja sama antara dua sahabat fotografer
![]() |
Peny dan Sasha berprofesi sebagai fotografer. Keduanya sudah bersahabat lebih dari 10 tahun. Meski begitu, Peny mengatakan, dirinya tak langsung mengiyakan 'pinangan' Sasha untuk mendirikan Rumah Tjempaka.
"Tadinya saya sama Mikael juga berpikir 'aduh jauh juga ya' karena kan (domisili) saya di Pondok Kelapa (Jakarta Timur), harus bolak-balik Depok. Tapi kemudian suatu malam Sasha ajak saya ke sini, untuk lihat dulu tempatnya," cerita Peny.
Saat itu mereka bertiga berdiri di area limasan yang belum ada penerangan. "Kita berbicara dari hati sama rumah ini. Pertama kali saya menginjakkan kaki ke rumah ini, itu tuh saya merasa seperti di rumah Eyang," kata wanita asal Purwokerto dan Cilacap ini.
Ia yang merasa punya koneksi dengan rumah ini lantas merasa mantap menerima ajakan Sasha mendirikan Rumah Tjempaka. "Kita jalan bertiga, kita perbagus rumah ini. Kita bikin lebih cantik, lebih terlihat, dan bikin rumah ini lebih bahagia," ujar Peny.
Terlihat unsur-unsur tradisional Jawa sangat melekat pada interior Rumah Tjempaka. Mulai dari kehadiran tegel warna hijau pupus, gebyok kayu, lampu gantung, hingga meja dan kursi jadul.
Rumah Tjempaka lebih dari sekadar coffee shop
![]() |
Peny dan Sasha lebih nyaman menyebut Rumah Tjempaka sebagai rumah sedulur alih-alih kedai kopi atau coffee shop. Mereka ingin siapapun yang datang ke sini merasa nyaman, betah, dan berbahagia.
Rumah Tjempaka mempunyai semangat untuk menjadi rumah diskusi, membaca buku, berkegiatan budaya, hingga persinggahan yang mengobati kepenatan. Semua kalangan, mulai dari anak kecil, anak muda, pegawai kantoran, hingga orang tua, disambut di sini.
Di rumah sedulur ini juga terdapat jamuan menu rumahan dan kopi. Menunya tentu saja tradisional Indonesia.
Untuk menu makanan diracik oleh ibunda Sasha, ibu Sulastri yang merupakan chef dan pengusaha katering. "Dia memasak makanan tradisional Indonesia. Di sini ada nasi campur Bali, coto Makassar, Nasi Ayam Kampung Doyong, dan Nasi Telur Siram Kuah Kari. Nanti juga akan ada Lontong Medan," kata Peny.
Sementara itu, menu minumannya ada kopi lokal yang diseduh dengan teknik manual brew, es kopi susu, hingga minuman tradisional seperti es gula Jawa. Untuk minuman kopi diracik oleh Mikael yang sudah berpengalaman sebagai pemanggang kopi (roaster).
Cerita soal kenikmatan makanan dan minuman di Rumah Tjempaka ada di halaman selanjutnya.
Kenikmatan Coto Makassar hingga menu siomay spesial
![]() |
detikfood mencicipi Coto Makassar plus Buras(Rp 50 ribu) di sini. Tampilannya menggiurkan dengan kuah kental dan pekat berwarna kecokelatan.
Di dalamnya tampak penuh dengan isian potongan buras, daging sapi, kacang tanah sangrai, hingga pelengkap irisan daun bawang dan taburan bawang goreng. Sajian ini mengeluarkan aroma rempah yang harum saat disajikan.
Potongan burasnya tercecap padat dan lembut. Rasanya nikmat saat disuap bersama potongan daging sapi yang super empuk. Tipe daging yang digunakan benar-benar 'full' daging, bukan yang berlemak.
Sementara rasa kuah coto-nya cukup gurih, tanpa jejak rasa rempah yang mengganggu. Ibu Sulastri percaya diri membuat sajian ini karena dirinya pernah tinggal selama beberapa tahun di Makassar.
Kudapan Siomay (Rp 30 ribu) di Rumah Tjempaka tak boleh dilewatkan. Menu yang baru dimunculkan ini terdiri dari 4 buah, termasuk siomay yang menyelimuti kentang, telur, dan tahu di bawahnya.
![]() |
Tiap gigitan siomay terasa gurih dan nikmat karena pemakaian ikan tenggiri yang jauh lebih banyak dibanding tepungnya. Teksturnya pun kenyal dan lembut, tanpa jejak aroma atau rasa amis yang mengganggu.
Siomay ini makin enak ditambahkan siraman bumbu kacang, kecap manis, dan kucuran jeruk nipis. Jenis bumbu kacangnya yang manis gurih dengan tekstur kental. Buliran kacangnya tidak terlalu halus maupun kasar.
Kopi Bali Ulian hingga Es Kopi Susu Rumahan
![]() |
Di Rumah Tjempaka, pengunjung bisa menikmati aneka jenis kopi lokal. Kalau yang suka manual brew, di sini ada metode seduh V60 dan Clever Dripper.
Jenis kopi lokal yang tersedia cukup beragam. Ada Java Ijen, Spakung, Bali Ulian, dan Kerinci Kayu Aro.
Kami mencicipi Bali Ulian yang direkomendasikan Mikael. Biji kopi asal Kintamani, Bali ini diseduh dengan metode V60 dengan lama penyeduhan 2 menit 30 detik. Harganya Rp 25 ribu per cangkir.
Hasilnya, kopi memiliki aroma dan rasa yang maksimal. Body-nya cukup pekat dengan rasa asam buah (fruity) yang kuat. Notes-nya ada jejak rasa nanas, jeruk, dan karamel.
Rasa asam ini mirip seperti wine karena biji kopi melalui proses Anaerobic Fermentation untuk pengolahan pasca panennya. Paling enak menyeruput kopi hangat ini ditemani Pisang Goreng (Rp 15 ribu).
Jenis pisang yang dipakai merupakan pisang tanduk yang didapat dari kebun samping Rumah Tjempaka. Pisang ini dibalut tepung tipis kemudian disajikan dengan taburan gula halus. Rasa pisangnya manis sedikit asam.
Kalau mau yang lebih kekinian, Rumah Tjempaka punya Es Kopi Susu Rumahan (Rp 25 ribu). Dibuat dari espresso berbahan biji kopi Flores Bajawa yang dicampur susu dan sirup karamel.
![]() |
Tekstur minuman ini cenderung kental dengan rasa kopi cukup kuat. Disusul jejak aroma dan rasa karamel yang manis lembut. Kami menyukai manisnya yang tidak terlalu kuat sehingga rasa kopi 'tidak kalah'.
Kalau mau yang segar, Rumah Tjempaka punya menu andalan, Es Gula Jawa (Rp 22 ribu). Rasanya asam manis dan menyegarkan. Sekilas mengingatkan kami akan rasa permen gula Jawa yang terkenal, namun dalam versi minuman.
Paling enak menyeruput minuman ini di siang hari saat cuaca sedang panas. Tentunya terasa menyegarkan!
Rumah Tjempaka by Juno The Coffee Company
Jl. Mandor Samin, Kalibaru, Kec. Cilodong
Kota Depok, Jawa Barat
Jam buka: 08.00-18.00/19.00
Ingin tempat makan dan produk Anda direview oleh Detikfood? Kirim email ke foodreview@detik.com
(adr/odi)