Ribuan ayam panggang berjajar rapi pada puluhan ancak di sebuah desa di Purworejo, Jawa Tengah dalam tradisi merti desa yang sudah berumur ratusan tahun. Bahkan, warga yang telah merantau keluar kota menyempatkan untuk mudik demi merayakan tradisi yang sering disebut sebagai lebaran ayam tersebut.
![]() |
Warga setempat merayakan tradisi tersebut dalam 3 tahun sekali. Bahkan, warga perantauan menyempatkan diri untuk pulang kampung demi merayakan bersama ajang yang biasa disebut lebaran ayam.
"Ini dalam rangka merti desa atau sedekah bumi tiap 3 tahun sekali. Saking ramainya, warga perantauan yang biasanya tidak pulang ketika Idul Fitri, nah pas acara ini mereka malah mudik merayakan bersama. Ya ini sebagai lebarannya warga sini dan lebih ramai," ucap ketua panitia penyelenggara, Pargono (56) ketika ditemui detikcom di lokasi, Senin (22/10/2018).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan juga dilombakan, setelah dinilai terus ada prosesi atau ritual merti desa termasuk didoakan, ancak kemudian dibagikan kepada masyarakat yang bukan warga Kemranggen karena ini juga untuk sodakoh," lanjutnya.
Sebelumnya, para sesepuh desa telah mengunjungi seluruh punden atau tempat-tempat yang dikeramatkan untuk meminta izin bahwa merti desa akan digelar. Sementara itu Warisono (56) warga setempat yang membuat ambeng mengaku bahwa biaya untuk pembuatan sebuah ambeng bisa mencapai 30 juta rupiah lebih dan diperlukan waktu selama 4 hari.
![]() |
Ribuan warga pun tumplek blek dalam acara tersebut. Salah satu warga setempat, Jayusman (55) yang sudah tinggal di Jakarta sejak 38 tahun yang lalu selalu menyempatkan untuk mudik merayakan budaya tinggalan leluhur tersebut.
"Iya mas, pasti pulang kalau ada merti desa. Lebaran kemarin malah saya nggak pulang, menurut saya ini lebih penting daripada lebaran dan ramai ini. Saya izin pulang 5 hari, yang lain juga pada pulang kok ini," katanya. (dvs/odi)