Peneliti di Columbia University's Mailman School of Public Health dan Ferkauf Graduate School of Psychology serta Albert Einstein College of Medicine mempelajari bagaimana hubungan antara alergi makanan dan kegelisahan seseorang di masa kecil dan depresi. Mereka memakai sampel anak-anak minoritas dengan status sosial yang rendah.
Dilansir dalam Science Daily (29/06), hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak dengan alergi makanan memiliki tingkat kecemasan di masa kecil yang lebih tinggi. Alergi makanan semakin umum di kalangan remaja Amerika dengan perkiraan sebesar 8 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pengelolaan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa mungkin dapat menimbulkan kecemasan dan beberapa anak mungkin mengalami kecemasan sosial yang meningkat karena berbeda dengan anak-anak lain. Tergantung pada usia mereka dan bagaimana alergi makanan dikelola oleh orang dewasa dalam situasi tertentu," jelas Renee Goodwin selaku penulis utama dari Columbia University di New York.
Para peneliti mempelajari 8 pasien anak usia 4-12 tahun, rata-rata sampel berusia 8 tahun dengan atau tanpa alergi makanan dan meneliti pengasuh mereka dari klinik rawat jalan pediatrik di Bronx, New York. Mereka mengendalikan diagnosis asma pada anak-anak karena kegelisahan dan gangguan mood lebih umum terjadi pada anak-anak minoritas sosioekonomi rendah.
![]() |
Baca juga: Ini 7 Gejala yang akan Timbul Jika Alergi Terhadap Makanan
Karenanya bisa disimpulkan bahwa alergi makanan dengan gejala depresi masa kecil atau dengan gejala kecemasan dan depresi di antara masa pengasuh mereka tidak berhubungan secara signifikan.
Agar hasilnya lebih optimal, perlu dilakukan penelitian lanjut. Perlu meneliti hubungan antara remaja usia lanjut dan dewasa muda dengan alergi makanan dengan terjadinya depresi.
(lus/odi)