Plastik kerap dijadikan pembungkus bumbu atau tetelan dalam kuah bakso hingga pembungkus lontong yang ikut direbus lama. Praktik ini menuai sorotan para ahli kesehatan mengenai risiko yang dapat ditimbulkan.
Penggunaan plastik yang paling jamak dalam dunia kuliner adalah untuk membungkus makanan. Secara umum, praktik ini aman dilakukan. Namun bagaimana jika plastik ikut direbus atau dimasak dalam waktu lama?
Pemandangan ini kerap ditemukan pada penjual makanan kaki lima, seperti tukang bakso atau tukang soto. Mereka kerap memasukkan bumbu atau tetelan dalam kantong plastik bening, lalu ikut memasak kantong tersebut di panci dalam waktu lama.
Praktik ini pun menimbulkan pertanyaan dari sisi kesehatan, apakah aman untuk mereka yang mengonsumsinya? dr. Dion Haryadi melalui Instagram @dionharyadi memberikan penjelasannya.
Dokter yang aktif berbagi edukasi kesehatan ini mengatakan kantong plastik memang ada yang bisa digunakan untuk masak, seperti kantong plastik untuk sous vide. "Jenis kantong plastik ini lebih tebal bahannya dan memang diperuntukkan khusus untuk suhu yang lebih tinggi," kata dr. Dion.
Namun di sisi lain, ada jenis kantong plastik yang tidak food grade alias tidak aman untuk makanan. "Bahannya lebih tipis dan walaupun tidak meleleh, tetap akan mengeluarkan bahan-bahan yang beracun seperti polyethylene, bisphenol, pthalates, dan lain-lain ke dalam masakannya. Dan buat saya ini harus dihindari. Kalau bisa tidak terpapar yah kenapa harus terpapar?" lanjut dr. Dion.
Ia juga menyoroti proses memanaskan kuahnya yang berlangsung lama. dr. Dion berujar, "Kita nggak pernah tahu seberapa banyak bahan-bahan yang dikeluarkan. Seharusnya semakin lama dimasak, maka semakin banyak juga (zat beracun) yang dikeluarkan."
Dikutip dari berbagai sumber, masalah kesehatan yang bisa muncul dari paparan plastik yang dipanaskan dalam waktu lama adalah kanker, gangguan hormon, dan masalah reproduksi.
Tak hanya itu, panas dapat menyebabkan mikroplastik terlepas ke dalam makanan. Kondisi ini dapat mengganggu metabolisme dan menyebabkan obesitas, serta merusak DNA dan meningkatkan risiko kanker.
Selain dalam kuah bakso dan soto, penggunaan plastik yang jamak adalah untuk memasak lontong. Jadi, beras akan dibungkus plastik dan direbus lama sampai jadi lontong.
Tahun 2017, sempat heboh perkara keamanan sajian ini. Sebab di media sosial beredar kabar kalau makan lontong yang dibungkus plastik dapat menyebabkan kanker dan mandul.
Dikutip dari situs Badan Pom (31/3/2017), kantong plastik yang umum tersedia di pasaran terbuat dari bahan baku Low Density Polyethylene(LDPE),Linear Low Density Polyethylene(LLDPE),High Density Polyethylene(HDPE),Polypropylene(PP), danOrientedPolyPropylene(OPP). Masing-masing jenis plastik tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda, seperti titik leleh, kelenturan, kejernihan, ketahanan terhadap suhu, dan lainnya.
Beberapa jenis plastik punya titik leleh dan titik melunak (softening point) tinggi (di atas 100°C), yaitu plastik jenis LLDPE, HDPE, PP, dan OPP. Dengan demikian, plastik jenis tersebut relatif aman jika digunakan pada suhu tinggi (perebusan/pengukusan), termasuk untuk digunakan dalam pembuatan lontong.
Sementara, untuk kantong plastik LDPE memiliki titik melunak yang rendah, yaitu pada suhu 830C - 98°C. Jadi disarankan hanya digunakan untuk penyimpanan atau proses pemasakan di bawah suhu tersebut. Meski demikian, jenis plastik ini dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50°C, tapi tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak.
Berbagai jenis plastik pada dasarnya bersifatinert(tidak mudah bereaksi) dan tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan. Akan tetapi, adanya bahan-bahan tambahan (additive) seperti pelicin, antioksidan, pewarna, dan sebagainya dalam proses pembuatan plastik, berisiko terhadap kesehatan.
Masalah lain yang muncul adalah plastik kemasan pangan sulit dibedakan jenisnya secara kasat mata. Jadi, kantong plastik yang beredar di pasar sebaiknya dilakukan uji migrasi untuk menjamin keamanannya. Baru kemudian perlu dibeli label dengan jelas, seperti mengenai jenis ketahanan panasnya.
(adr/adr)