Selain karena isu agama, daging babi disarankan untuk tidak dikonsumsi karena bisa mengganggu kesehatan. Hal ini bahkan didukung oleh penjelasan ilmiah.
Daging babi merupakan jenis daging yang populer untuk dikonsumsi setelah daging sapi dan ayam. Meskipun di Indonesia sendiri, mengonsumsi daging babi masih dianggap tabu.
Hal tersebut lantaran isu agama yang tidak memperbolehkan untuk mengonsumsinya. Di samping itu, ada penjelasan secara ilmiah mengapa tidak disarankan makan daging babi.
Dikutip dari Medium (08/10/23) berikut 7 alasan tersebut.
1. Kebiasaan Makan yang Buruk
Babi dikenal suka mengonsumsi kotorannya sendiri dan juga kotoran hewan lain. Ini artinya mereka mengonsumsi racun yang seharusnya dikeluarkan.
Tak hanya itu, babi juga kerap memakan bangkai dan sisa makanan. Tentu ini sangat berbahaya, sebab bisa mengandung belatung, parasit, mikroba, dan bakteri pembawa penyakit.
2. Sistem Pencernaan Buruk
Dengan kebiasaan makan yang buruk membuat sistem pencernaan pada babi tidak cukup kompleks untuk mengeluarkan semua racun yang dikonsumsinya.
Akibatnya, banyak racun yang tertinggal di tubuhnya dan disimpan sebagai jaringan lemak. Artinya, ketika manusia mengonsumsi daging babi mungkin juga mengonsumsi racun tersebut.
3. Kelenjar Keringat Buruk
Babi memiliki sangat sedikit kelenjar keringat yang berfungsi. Ini artinya mereka tidak mampu mengeluarkan keringat dan membuang racun.
Berbeda dengan sapi dan hewan lainnya yang memiliki banyak kelenjar keringat yang berfungsi, sehingga mereka bisa mengeluarkan racun yang tersisa di daging mereka.
4. Menyebabkan Risiko Kanker
Mengonsumsi daging babi bisa meningkatkan risiko kanker, seperti yang disebutkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan badan internasional untuk penelitian kanker.
Menurut mereka, setiap 50 gram daging olahan yang dikonsumsi seperti bacon, ham, dan sosis bisa meningkatkan risiko sebesar 18%.
(raf/odi)