Di pasaran kini hadir beragam menu ready to eat alias siap makan. Tapi di balik kelezatan dan kepraktisannya, konsumsi menu ini wajib diwaspadai karena meningkatkan risiko kematian. Begini kata peneliti.
Mengutip South China Morning Post (21/11), peneliti mengungkap konsumsi makanan ultra proses dan ready to eat seperti hot dog, pizza beku, dan donat bakal memicu kematian dini. Hasil penelitian ini dimuat dalam American Journal of Preventive Medicine.
Sejak lama konsumsi makanan ultra proses memang dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena penyakit pada seseorang. Penyakit itu antara lain diabetes, jantung, dan kanker.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti kemudian ingin menggali lebih jauh untuk melihat bagaimana konsumsi makanan tertentu berkaitan dengan kematian dini. Mereka melakukan penilaian risiko komparatif atau simulasi dampak faktor risiko terhadap kesehatan. Hal ini disampaikan penulis utama Eduardo Nilson dari University of Sao Paulo di Brazil.
Berdasarkan model dan perhitungan penelitian mereka, makanan ultra proses mencapai 13 hingga 21 persen dari total asupan energi orang dewasa di Brasil.
Pada 2019, lebih dari 500.000 orang Brasil berusia 30 sampai 69 tahun meninggal. Konsumsi makanan ultra proses bertanggung jawab atas sekitar 57.000 kasus kematian dini di antara kelompok itu atau sekitar 10,5 persen, menurut perhitungan peneliti.
Hanya saja Nilson mengatakan angka itu sebenarnya bisa lebih tinggi lagi. Tim peneliti juga memperkirakan jumlah untuk kasus itu kemungkinan lebih besar di Amerika Serikat dimana konsumsi makanan ultra proses seperti makanan ready to eat begitu jamak.
"Ini adalah masalah kesehatan masyarakat," katanya. "Apa yang kami hadapi di Brasil adalah peningkatan konsumsi makanan olahan yang stabil dan bertahap. Di AS, saya pikir itu sebenarnya lebih stabil dari waktu ke waktu, tapi sudah sangat tinggi," kata Nilson.
Apa itu makanan ultra proses?
![]() |
Nilson mendefinisikan makanan ultra proses sebagai makanan yang dibuat di pabrik secara massal dan bersifat siap makan alias ready to eat. Makanan ini mengandung sedikit bahan segar dan banyak pati, protein olahan, dan bahan tambahan pangan.
Nilson berujar, "Makanan ultra proses sangat jauh berbeda dari apa yang kita punya di dapur, ketika kamu membuat makanan dari bahan segar. Makanan ini diciptakan untuk dimakan berlebihan dan memiliki masa simpan yang lama, dan normalnya murah untuk diproduksi."
Makanan ultra proses jamak dikonsumsi orang-orang yang pemasukannya rendah karena mereka khawatir mengenai masalah keuangan. Selain itu, makanan ini tergolong mudah didapat sehingga tingkat konsumsinya juga tinggi.
Mengurangi konsumsi makanan ultra proses bisa berdampak besar
Tim peneliti kemudian membandingkan data konsumsi makanan nasional di Brasil, bersama data demografi dan kematian. Perbandingan yang diambil dari tahun 2017-2018 dan 2019.
Mereka memperkirakan jika warga Brasil memangkas asupan makanan ultra proses bisa mencegah 5.900 sampai 29.300 kematian per tahun. Mengurangi konsumsi makanan ultra proses 20% bisa membuat angka konsumsi makanan ultra proses di Brasil seperti 10 tahun lalu.
"Tidak jauh (angkanya) dari masa lalu," kata Nilson. "57.000 kematian dapat dicegah. Kita perlu urgensi dalam hal kebijakan untuk mengurangi konsumsi makanan olahan dan meningkatkan makanan yang lebih sehat, segar dan minim olahan," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Makanan sehat sulit didapat
![]() |
Di balik semua fakta ini, Nilson mengatakan tidak mau menyalahkan orang-orang yang menikmati makanan ultra proses. Ia bilang ada banyak faktor yang membuat hal ini terjadi.
"Mereka berada di dalam lingkungan makanan yang mendorong banyak keputusan dalam hal harga, akses fisik, dan informasi yang datang melalui pelabelan, melalui publisitas," kata Nilson.
Ia melanjutkan, "Ada banyak ketidaksetaraan dalam populasi... peningkatan makanan ultra olahan di Brasil terutama (di antara) orang-orang termiskin di negara itu karena mereka memiliki akses terbatas ke makanan sehat."
Nilson pun berharap hal ini segera dibenahi. "Rakyat punya hak atas pangan. Mereka memiliki hak atas makanan yang layak dan makanan sehat," lanjut Nilson.
Pedoman gizi berbasis pola makan masyarakat
Nilson mengatakan studi timnya adalah yang pertama memodelkan dampak makanan ultra olahan pada kematian dini. Penelitian sebelumnya telah melihat dampak nutrisi seperti natrium, beberapa gula, lemak trans, dan lemak jenuh.
Salah satu batasan penelitian ini adalah model tersebut tidak memperhitungkan peristiwa berulang atau pengaruh interaksi antara individu, populasi, atau lingkungan mereka, dan dampaknya terhadap kesetaraan kesehatan.
Namun terlepas dari keterbatasannya, para peneliti mengatakan model mereka dapat membantu pembuat kebijakan memahami bagaimana pola diet memengaruhi kematian. Pembuat kebijakan dapat menggunakan temuan ini untuk menemukan cara memerangi kematian dini.
Nilson berharap pemerintah Brasil tidak hanya membuat pedoman pola makan berdasarkan nutrisi saja, tapi juga makanan dan pola makan sehari-hari warga Brasil. Pada kasus gula, misalnya, pembatasan konsumsi gula bisa saja mengarahkan pada konsumsi pemanis buatan lain yang lebih banyak.
"Mendasarkan pedoman pada nutrisi saja menyebabkan banyak kesalahpahaman dalam hal dampak makanan ultra olahan," pungkas Nilson.