Tanpa disadari, pola makan ini merupakan gangguan perilaku yang bisa jadi menandakan seseorang alami gangguan makan. Kenali jenisnya agar bisa segera mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Hati-hati dalam memilih pola makan sehat karena bisa jadi apa yang kamu pikir sebagai bagian pola makan sehat, ternyata bukan. Hal tersebut rupanya justru mengarah pada gangguan perilaku hingga gangguan makan.
Sifatnya sepele sehingga kerap terabaikan oleh diri sendiri maupun orang-orang sekitar. Misalnya terobsesi menghitung kalori makanan hingga menghindari konsumsi kelompok makanan tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli gizi dan pakar kesehatan mengingatkan agar pola makan ini dihindari. Bahkan sebaiknya dikonsultasikan ke profesional untuk mendapat penanganan yang tepat.
Mengutip Eat This, Not That! (9/11), inilah 6 pola makan yang ternyata termasuk gangguan perilaku hingga bisa memicu gangguan makan:
1. Sengaja melewatkan waktu makan
![]() |
Bukan rahasia lagi kalau pelaku diet sering melewatkan waktu makan demi mengurangi asupan kalori harian. Namun jika hal ini dilakukan terus-menerus merupakan pertanda tidak baik.
Misalnya kamu lebih memilih minum kopi saja dibanding makan sarapan. Kebiasaan ini sebenarnya malah bisa meningkatkan rasa lapar dan ngidam makanan tak sehat setelahnya. Tujuan menurunkan berat badan pun bakal lebih sulit digapai.
Ahli gizi Kayley Myers bilang, membatasi asupan makanan bisa membahayakan diri. "Salah satu gangguan makan umum adalah kebiasaan menghindari makanan tertentu untuk mengimbangi asupan makanan sebelumnya. Ini biasanya didorong oleh aturan tentang apa yang 'harus' kita makan dari pada pengalaman internal kita," kata Myers.
2. Terlalu menghitung kalori makanan
Prinsip utama mengurangi berat badan adalah membatasi asupan kalori harian. Karenanya banyak pelaku diet selalu menghitung kalori makanan dengan seksama.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan praktik tersebut hingga akhirnya seseorang menjadi terobsesi dengan hitungan kalori. Faktanya, belum tentu cara mereka menghitung kalori tersebut tepat. Yang paling ideal sebenarnya tetap mengonsultasikan semuanya pada ahli gizi.
Ciri-ciri orang terobsesi dengan kalori makanan adalah selalu merasa resah saat melihat makanan. Mereka terlalu menimbang-nimbang urusan kalori makanan.
3. Obsesi dengan makanan sehat
![]() |
Ada jenis gangguan makan baru yang disebut orthorexia. Pengidapnya secara konsisten memilih makanan yang tampak sangat sehat dan bersih. Orang-orang mungkin menganggapnya biasa, tapi rupanya pengidap orthorexia merasakan stres dan cemas akan pilihan makanan yang sehat itu. Besar kemungkinan, kesehatan mental mereka juga terpengaruh.
Ahli gizi menilai banyaknya pengidap orthorexia juga dipicu banjir tren unggahan "what I eat in a day" di media sosial. Pilihan makanan yang ditampilkan mungkin menginspirasi banyak orang, namun ada juga yang berakhir menjadi terobsesi.
Ahli gizi Mandy Tyler bilang, "Fokus atau obsesi berlebihan terhadap makanan sehat dapat menjadi bentuk gangguan makan kemungkinan orthorexia. Apa yang dimulai sebagai keinginan untuk konsumsi makanan yang sehat dapat meningkat menjadi penghapusan banyak makanan yang tidak memenuhi definisi seseorang tentang 'sehat' atau 'bersih.'"
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
4. Hanya makan makanan yang "aman"
Banyak alasan yang menyebabkan seseorang berpikir beberapa makanan tampak tidak aman dikonsumsi. Mereka mungkin mempertimbangkan aspek nutrisi atau kondisi kesehatan.
Seseorang pun bisa berakhir makan makanan yang menurut mereka aman saja. Seperti kasus penderita sindrom iritasi usus besar atau IBS yang banyak membatasi asupan makanan mereka karena khawatir dengan kesehatannya.
Ahli gizi Andrea Senchuk berujar, "Banyak pengidap IBS mengalami gangguan makan. Didorong oleh rasa takut akan kram yang menyakitkan, perut bergas, diare, atau sembelit selama berhari-hari, beberapa penderita IBS mungkin makan terlalu banyak, melewatkan makan, atau dengan kaku berpegang pada daftar pendek makanan 'aman'," kata Senchuk.
5. Merasa bersalah usai makan
![]() |
Gangguan perilaku yang mungkin juga merujuk pada gangguan makan adalah merasa bersalah usai makan. Ada juga yang merasa malu usai mengonsumsi makanan tertentu.
Sering kali, hal ini berawal dari aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh seseorang. Mereka meyakini klaim tertentu yang mungkin tidak benar atau tidak berakar pada penjelasan ilmiah.
Ahli gizi KeyVion Miller mengatakan, "Rasa bersalah bisa muncul karena kamu makan melewati jam makan yang seharusnya atau merasa sangat resah karena lapar ketika belum waktunya. Kadang ketika kita berupaya menurunkan berat badan atau melakukan apa yang kita pikir lebih sehat, kita mengabaikan kesehatan mental sendiri."
6. Tidak mengonsumsi kelompok makanan tertentu
Seseorang idealnya tidak mengecualikan konsumsi kelompok makanan tertentu jika tidak ada kondisi kesehatan tertentu. Artinya, lebih baik mengonsumsi makanan beragam dengan gizi seimbang.
Tidak mengonsumsi kelompok makanan tertentu tanpa alasan yang jelas merupakan gangguan perilaku. Pada akhirnya ini juga bisa berdampak pada kesehatan secara menyeluruh.
Seperti halnya yang disampaikan ahli gizi Kim Arnold. "Menghilangkan atau sangat membatasi konsumsi kelompok makanan tertentu karena takut berdampak negatif pada berat badan atau menyebabkan kesehatan yang buruk adalah bentuk gangguan makan. Saya sering melihat kasus ini ada karbohidrat dan gula. (Padahal) ada banyak karbohidrat yang memberikan nutrisi berkualitas dan energi, serta dapat mendukung berat badan yang sehat. Saya sangat percaya bahwa semua makanan dapat dimakan jika tidak dikonsumsi secara ekstrem," ujarnya.