Saking sibuknya, sering kali orang melewatkan waktu makan. Kebiasaan ini sebenarnya tidak bagus untuk kesehatan karena bisa menyebabkan hal ini.
Waktu makan yang umum dikenal adalah tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang, dan malam. Namun ada juga orang yang makan lebih sering dan di luar waktu utama tersebut.
Sebenarnya tidak ada patokan pasti soal berapa kali sebaiknya kamu makan dan di jam berapa saja. Hal terpenting ialah makan teratur karena tubuh membutuhkan nutrisi untuk menghasilkan energi dan berfungsi optimal.
Namun sayangnya banyak orang sering melewatkan waktu makan karena kesibukan aktivitas. Jika sesekali, kebiasaan ini mungkin tak terasa dampaknya. Tapi dalam jangka panjang, kebiasaan ini ternyata bisa merugikan kesehatan.
Kadar gula darah turun
Seperti diketahui, makanan adalah 'bahan bakar' tubuh untuk menghasilkan energi. Ini berarti ketika kamu tidak makan, kamu tidak mendapat cukup energi. Ahli gizi menyarankan makan secara teratur setiap hari. "Manfaatnya termasuk membuat kamu tetap terjaga dan fokus," ujar ahli gizi Brigitte Zeitlin seperti dikutip dari SELF (9/12/21).
Tubuh bakal bereaksi terhadap kelangkaan 'bahan bakar' ini dengan berbagai cara. Hal paling utama adalah penurunan kadar gula darah.
"Bahan bakar utama untuk otak Anda adalah glukosa, yang mana Anda dapatkan dari makanan terutama makanan kaya karbohidrat," kata ahli gizi Rachele Pojednic. Ia menyarankan konsumsi karbohidrat kompleks seperti aneka buah, sayur, dan bijian utuh. Makanan ini bagus untuk memasok energi karena kandungan seratnya membuat kadar gula darah tetap stabil.
Ketika kamu melewatkan waktu makan, tubuh mulai kekurangan pasokan glukosa yang bisa didapat segera. Kondisi ini bisa menguras energi yang membuat kamu lesu dan lemah. Rendahnya kadar gula dalam tubuh juga membuat kamu sulit konsentrasi karena otak kekurangan 'bahan bakarnya'.
Gejala lain dari kadar gula darah rendah adalah tubuh bergetar, berkeingat, dan mudah marah. Sering kali orang menyebutnya 'hangriness' saat sedang lapar.
Kemudian ketika makan, kamu cenderung bakal makan berlebih karena muncul rasa 'balas dendam' setelah menahan lapar. "Hormon seperti ghrelin, yang merupakan pemicu lapar, dan leptin, yang merupakan penekan nafsu makan, akan berubah mengindikasikan kamu lapar," kata ahli gizi Rachele Pojednic.
Akhirnya yang dipikirkan otak hanya makan dan makan lagi. Hal ini bakal mengganggu berbagai kegiatan kamu, mulai dari produktivitas di kantor hingga bersosialisasi dengan teman-teman.
(adr/odi)