Walaupun berbahaya dan mengandung racun, ada beberapa hewan ekstrem yang masih dikonsumsi manusia. Bahkan sebagian populer sebagai kudapan kaki lima.
Makanan eksotis dan ekstrem seolah memiliki daya tariknya sendiri, terutama bagi pencinta kuliner garis keras yang bernyali besar untuk menyantap hampir semua hewan yang bisa dimakan.
Faktanya tidak sedikit hewan yang juga mengandung racun di dalam tubuhnya. Ternyata ada triknya sendiri untuk mengolah hewan-hewan ini agar aman dikonsumsi.
Sebagian di antaranya bahkan populer sebagai kudapan kaki lima yang diincar banyak turis. Cara masak tertentu juga membuat hewan-hewan ini justru sedap dinikmati. Berani coba?
Baca juga: Pendiri Es Krim Ben & Jerry's Nyatakan Mundur Setelah 47 Tahun!
Berikut ini 5 hewan beracun yang ekstrem tetapi awam dikonsumsi:
1. Ikan Fugu
Ikan fugu atau pufferfish banyak dikonsumsi di Jepang, padahal ikan ini dikenal sebagai hewan paling berbahaya di dunia karena kandungan racun dalam tubuhnya.
Ikan fugu memiliki racun tetrodotoxin yang tersimpan pada organ dalamnya dan bisa mematikan jika salah mengolahnya. Di Jepang, chef yang berhak mengolah ikan fugu harus memiliki sertifikat khusus.
Ada pelatihan dan pendidikan khusus bagi chef untuk menangani kandungan racun ikan fugu. Konon setelah diolah, daging ikannya ini akan terasa lembut dan gurih ketika disajikan sebagai sashimi maupun hotpot.
2. Ubur-ubur
Memiliki tubuh yang lunak, ubur-ubur dilengkapi sengatan beracun pada setiap tentakelnya. Ketika bepergian ke pantai dan berenang di laut, biasa area yang dipenuhi ubur-ubur akan ditutup untuk pengunjung saking berbahayanya.
Namun di China dan Jepang ubur-ubur justru bisa dikonsumsi. Dua negara tersebut mampu menyajikan ubur-ubur baik sebagai salad yang segar maupun campuran makanan.
Untuk mengolahnya, ada proses dan teknik pemasakan khusus guna menetralisir racunnya. Salah satunya dengan proses perendaman menggunakan garam khusus dan dikeringkan sebelum dimasak untuk disajikan.
Simak Video "Video: Penjelasan BPOM soal Taiwan Larang Indomie Soto Banjar "
(dfl/adr)