Matcha kini tengah menjadi minuman yang populer. Namun keseringan minum matcha rupanya berisiko terhadap kesehatan.
Seorang perempuan asal South Carolina, Amerika Serikat, mengaku harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat kegemarannya mengonsumsi matcha.
Kisah yang dibagikan Lynn Shazeen melalui platform TikTok ini sontak menarik perhatian publik dan memicu kekhawatiran para pencinta minuman hijau tersebut di berbagai negara.
Dilansir dari DailyMailUK (01/09/2025), dalam unggahan videonya, Lynn tampak berbaring di ranjang rumah sakit dengan selang infus terpasang di lengannya.
Ia menuliskan keterangan singkat yang menyiratkan kebiasaannya mengonsumsi matcha membuatnya harus terbaring di rumah sakit. Video itu dengan cepat viral ditonton lebih dari 5,3 juta kali, memunculkan beragam reaksi dari pengguna media sosial.
Lynn menjelaskan dirinya memang memiliki kondisi anemia. Ia menuturkan, konsumsi matcha justru membuat kadar zat besinya menurun hingga berada pada titik berbahaya.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar zat besi dalam darahnya hanya di angka 28, jauh di bawah batas normal yang berkisar di angka 35 hingga 150. Persentase saturasi zat besinya pun hanya 6%, sedangkan angka normal seharusnya berada antara 20%-50%.
Gejala yang ia rasakan antara lain pusing, jantung berdebar, gatal, sesak napas, serta rasa lelah berlebihan. Kondisi tersebut membuatnya harus menjalani transfusi zat besi agar kadar dalam tubuhnya kembali normal. Ia menegaskan dirinya tidak mengonsumsi matcha setiap hari, melainkan hanya sesekali. Meski demikian dampaknya tetap signifikan bagi tubuhnya.
Dalam penjelasannya, Lynn menyampaikan bahwa matcha sebenarnya aman dikonsumsi, asalkan memperhatikan cara dan waktu minum. Ia menyarankan agar matcha tidak diminum bersamaan dengan waktu makan, melainkan dua jam sebelum atau sesudah makan.
Hal ini karena matcha mengandung senyawa tannin yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh. Selain itu, matcha sebaiknya tidak diminum saat perut kosong untuk menghindari masalah pencernaan.
Matcha merupakan bubuk teh hijau pekat yang berasal dari daun Camellia sinensis. Minuman ini dikenal memiliki berbagai manfaat, seperti meningkatkan fungsi otak, mengurangi stres, dan membantu menurunkan berat badan.
Namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kandungan tannin dalam matcha berpotensi mengurangi penyerapan zat besi, sehingga meningkatkan risiko anemia, terutama pada kelompok tertentu seperti remaja putri, ibu hamil, serta perempuan pascamenopause yang memiliki kebutuhan zat besi lebih tinggi.
Sejumlah ahli gizi menekankan bahwa matcha bukanlah penyebab langsung anemia, melainkan dapat memperparah kondisi bagi mereka yang rentan, terutama bila dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu makan.
Penelitian sebelumnya bahkan menunjukkan matcha memiliki kandungan tannin lebih tinggi dibandingkan teh hijau biasa, sehingga efek penghambatan penyerapan zat besinya lebih kuat.
Kisah Lynn Shazeen menjadi pengingat kalau meski matcha memiliki banyak manfaat kesehatan, konsumsi berlebihan atau tanpa memperhatikan waktu dapat membawa risiko.
Simak Video "Nyobain Ragam Olahan Matcha Cafe Kekinian di KAMAJA Jaksel"
(sob/adr)