Salah satu pola diet dengan nama Dry Fasting sedang disoroti ahli gizi. Konon praktiknya lebih sehat dengan memberikan hasil menurunkan berat badan lebih cepat.
Banyak informasi diet yang dapat ditemukan di internet dan media sosial. Setiap jenisnya seolah bersaing menawarkan hasil yang paling cepat dan efektif untuk memberikan tubuh ideal.
Tidak sedikit juga pegiat kesehatan yang lantas mencoba berbagai informasi diet yang ditemukannya. Salah satunya ada Dry Fasting yang juga mendapat sorotan dari ahli gizi terkait metode dan hasil yang diberikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diet ini memiliki perbedaan dengan Intermittent Fasting yang sudah begitu populer. Ada cara-cara tertentu dan asupan pola makan khusus yang disarankan untuk pelakunya.
Berikut ini 5 fakta Dry Fasting melansir Web MD:
![]() |
1. Aturan yang Lebih Ketat
Dry fasting memiliki perbedaan dengan intermittent fasting. Tetapi diet yang satu ini juga bisa diterapkan merujuk pada pengelolaan waktu makan seperti intermittent fasting.
Pelaku dry fasting pemula bahkan disarankan untuk mencoba intermittent fasting terlebih dahulu. Melakukan diet ini dapat mengikuti jendela makan intermittent fasting hanya saja menambahkan batasan untuk tidak mengonsumsi minuman atau cairan.
'Dry' yang digunakan dalam penamaannya merujuk pada makan kering. Di mana tubuh tidak menerima cairan atau minum dalam waktu tertentu dengan tetap memerhatikan kecukupan cairan sebelum memulai dietnya.
2. Jendela Makan Dry Fasting
Dry fasting juga memiliki jendela makan layaknya intermittent fasting. Pelakunya tidak diperbolehkan makan dan minum apapun selama durasi 8 jam dalam sehari.
Adapun waktu yang paling disarankan ialah makan mulai pukul 10.00 pagi hingga 18.00 sore. Selama seminggu pelaku dry fasting akan menjalani dietnya dengan hitungan 5:2.
Artinya pelaku diet boleh makan apapun selama 5 hari untuk kemudian menyiapkan diri berpuasa pada 2 hari lainnya. Namun asupan makanannya juga tak bisa sembarangan, pelaku dry fasting hanya boleh makan sebanyak 500 kalori setiap harinya.
Fakta dry fasting lainnya berlanjut di halaman berikutnya.
3. Manfaat Dry Fasting
Menurut beberapa penelitian, sebagian manfaat dry fasting sudah berhasil diamati. Metode diet dry fasting disamakan oleh ahli dengan cara berpuasa orang Muslim selama bulan ramadan.
Sebanyak 240 partisipan sudah diamati dengan metode diet terkait. Durasinya dilakukan setidaknya selama 20 hari berturut-turut dan berhasil mengalami penurunan menjadi lebih ideal.
Tak hanya menurunkan berat badan tetapi dry fasting juga dapat mengurangi inflamasi yang terkait dengan penyakit metabolik seperti diabetes hingga kanker. Begitupula diet ini diketahui dapat memperlambat penuaan yang ditemukan berkat pengamatan pada hewan.
4. Efek Samping
![]() |
Namun selayaknya diet yang lain, dry fasting juga dapat menimbulkan beberapa gejala. Sehingga bagi yang tak terbiasa melakukannya disarankan untuk melakukan secara bertahap dalam menyesuaikan durasi berpuasa.
Dry fasting dapat menimbulkan efek samping seperti tubuh yang terasa lebih lemah, mual, sakit kepala, hingga kesulitan tidur. Sebab diet ini dapat menyebabkan dehidrasi adapun gejala yang dialami dapat berupa mulut dan bibir yang kering, serta urin yang berwarna keruh dan beraroma kuat.
Jika kamu terbiasa sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, ketika melakukan diet ini kamu akan mengalami penurunan intensitas buang air kecil. Namun tak perlu khawatir, kondisi ini merupakan penyesuaian tubuh pada pola diet yang baru diterapkan.
5. Risiko Dry Fasting
Dry fasting yang dilakukan dengan tidak hati-hati atau pengamatan dokter gizi dapat menyebabkan risiko yang membahayakan kesehatan. Sebelum melakukan diet sudah sepatutnya seseorang memastikan kemampuan tubuhnya terlebih dahulu.
Tubuh yang tidak kuat melakukan dry fasting dapat mengalami beberapa kondisi seperti kejang hingga serangan panas tubuh yang mungkin terjadi. Hal ini terjadi lantaran tubuh tak mendapatkan cairan yang cukup tetapi dipaksa melakukan pemanasan, seperti olahraga, sehingga suhu di dalam tubuh meningkat drastis dan sulit turun.
Pada tingkat terparahnya, dry fasting yang dilakukan sembarangan dapat meningkatkan risiko gagal ginjal dan penurunan tekanan darah. Alasannya karena cairan tubuh yang masuk tidak cukup untuk fungsi ginjal maupun mendorong darah untuk mengalirkan oksigen.
Simak Video "Inspirasi Menu Diet Sehat yang Tak Bikin Bosan"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)