Usaha kuliner tak selamanya berjalan mulus, seperti milik pria muda ini yang sudah berjalan 9 bulan. Ia terpaksa menutup usaha kulinernya karena tak balik modal.
Dalam menjalankan usaha kuliner, sering kali pemiliknya harus jatuh bangun sebelum benar-benar meraih kesuksesan. Tak jarang, di tengah jalan, pemilik usaha kuliner malah gulung tikar karena bisnisnya benar-benar tak menghasilkan.
Hal inilah yang dialami pria muda berusia 23 tahun asal Singapura, Reuben Koh. Mengutip Mothership SG (18/10/2023), 9 bulan lalu ia memulai usaha kantin Thailand di St Andrew's Junior College.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayang usaha kuliner Koh tidak berjalan lancar. Alih-alih meraih "tingkat keberhasilan tertentu", penghasilannya masih belum mencukupi. Penyebab utamanya karena biaya hidupnya lebih mahal dari rata-rata orang berumur 23 tahun kebanyakan.
![]() |
Koh menuturkan hubungannya dengan orang tua tidak begitu baik. Dia saat ini menyewa tempat tinggal sehingga pengeluarannya tersita untuk hal tersebut.
Mantan mahasiswa kuliner itu membuka kantinnya tak lama setelah menyelesaikan hukuman 8 bulan di Reformative Training Center (RTC). "Saya melakukan banyak pelanggaran. Dahulu sering bertengkar karena saya tidak punya orang tua yang peduli. Jadi saya tidak peduli dengan hidup saya," kata Koh.
Ketika memulai usaha kulinernya dengan bekerja di restoran, ia kemudian membuka kantin. Harapannya, suatu hari nanti Koh dapat membuka kafe atau bistro sendiri.
Sayangnya meski telah melakukan beberapa hal demi menyelamatkan kantinnya, ia harus terus hidup dengan gali lubang tutup lubang. Hal ini karena pelanggan kantinnya sedikit.
Pelanggan kantin Koh terbatas pada orang-orang yang bersekolah dan bekerja di sekolah saja. Biaya hidupnya juga terbilang besar.
Koh sebenarnya tak ingin menutup kantin Thailand miliknya. "Kantin ini adalah sesuatu yang saya kerjakan dengan sungguh-sungguh dan menghabiskan banyak usaha serta waktu. Banyak hal konyol yang juga saya lakukan seperti membuat pintu dan barang-barang DIY lain," ujarnya.
![]() |
Namun menurut Koh, secara finansial usaha kulinernya tidak memiliki pertanda baik. "Bisa jadi saya kurang pandai mengatur pengeluaran, bisa jadi saya pilih-pilih soal kualitas makanan, ditambah dengan aturan harga sekolah yang membuat pemasukan saya berkurang selama ini," katanya.
Ditambah lagi ia merasakan tingkat lelah dan stressnya semakin meningkat selama beberapa bulan terakhir. "Jadi saya putuskan untuk menutupnya," ujar Koh.
Ke depannya, Koh punya rencana untuk membagikan makanan bagi mereka yang membutuhkannya. Ia masih memiliki sisa bahan makanan di dapurnya.
Koh pun akan memasak bahan makanan itu dan membagikannya kepada orang-orang yang memerlukan. "Ini bukan sesuatu yang gila, tapi saya tidak ingin membuang makanan yang benar-benar enak, dan jika saya bisa membantu orang lain, saya ingin melakukannya," katanya.
![]() |
Dia menambahkan, makanan yang mungkin dibagikan adalah olahan daging cincang dengan kubis dan nasi. Pembagiannya rencananya pada Minggu, 22 Oktober 2023 di Compassvale, 211D pada pukul 17.30-21.00 WIB.
Lalu untuk nasib Koh selanjutnya, ia mengaku sedang mencari pekerjaan yang lebih stabil. Kemungkinan Koh bekerja di restoran, meski ia juga tertarik untuk memproduksi konten terkait makanan di situs web.
"Saya perlu menemukan sesuatu yang stabil, mulai menabung untuk hal-hal besar di masa depan dan yang lainnya," pungkasnya.
(adr/odi)