4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?

4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?

Atiqa Rana - detikFood
Senin, 08 Mei 2023 13:30 WIB
4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?
Foto: CNA Insider/Neo Chai Chin
Jakarta -

Perdebatan terkait klaim asal makanan dari suatu negara telah terjadi selama beberapa tahun terakhir, termasuk Singapura dan Malaysia yang sama-sama mengklaim 4 makanan ini. Siapa pemilik aslinya?

Setiap negara pasti memiliki kebanggaan tersendiri terhadap makanan lokal yang mereka miliki. Sayangnya selama beberapa tahun terakhir, beberapa negara memperebutkan klaim terkait asal-usul makanan lokal milik mereka.

Seperti yang dipicu oleh artikel CNN tahun 2018, menyebutkan hidangan cendol yang berasal dari Singapura telah masuk sebagai salah satu dari 50 makanan penutup terbaik di dunia. Hal ini pun lantas menimbulkan protes dari masyarakat Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada juga keributan lain yang disebabkan oleh restoran cepat saji McDonald's pada tahun 2017 meluncurkan burger nasi lemak untuk merayakan Hari Nasional Singapura. Merespon hal tersebut, restoran myBurgerLab dari Malaysia juga akhirnya membuat menu burger nasi lemak ayam rendang.

Selain makanan-makanan ini, pada tahun 2009, Menteri Pariwisata Malaysia saat itu, Ng Yen Yen membangkitkan kemarahan ketika dirinya menegaskan Chili Crab, Nasi Ayam Hainan, Bak Kut Teh, Laksa, dan Nasi Lemak adalah hidangan khas Malaysia.

ADVERTISEMENT

Ng Yen yen mengungkap, "Kita tidak dapat terus membiarkan negara lain membajak makanan kita. Chili crab adalah makanan Malaysia. Nasi ayam Hainan juga dari Malaysia. Kita harus mengklaim makanan kita."

Lantas apakah menu makanan tersebut benar-benar milik Singapura atau Malaysia? Merangkum channelnewsasia.com (24/04), melalui program On The Red Dot, mereka menggali asal-muasal empat hidangan yang diklaim kedua negara ini dengan mengungkap cerita dari chef, penjual makanan kaki lima, pengusaha makanan, hingga ahli waris.

1. Chili Crab

4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?Chili crab diklaim sebagai makanan khas Singapura dan Malaysia. Namun keduanya sudah ada sejak tahun 1950-an. Foto: CNA Insider/Neo Chai Chin

Chili crab diklaim sebagai makanan khas Singapura dan Malaysia. Faktanya, hidangan ini memang sudah ada sejak tahun 1950-an di Singapura dan Malaysia.

Setelah klaim yang dilakukan oleh Ng Yen Yen pada 2009, blogger Singapura Leslie Tay bertemu dengan Cher Yam Tian, seorang wanita yang dikenal sebagai pencetus chili crab versi Singapura.

Cher adalah wanita yang tinggal bersama suaminya yang merupakan seorang polisi. Pada tahun 1950-an, mereka tinggal di sebuah rumah atap dekat Upper East Coast Road. Kesehariannya, suami Cher akan menangkap kepiting, dan dia yang akan mengukusnya.

Setelah beberapa waktu, suami Cher menyarankan agar ia bisa masak kepiting dengan cara berbeda. Akhirnya Cher menambahkan saus tomat dan saus cabai ketika dia menumis kepiting tersebut.

Pasangan ini kemudian menjual hidangan chili crab tersebut di sebuah kedai bernama Palm Beach Seafood. Pada tahun 1963, chili crabnya pun menjadi populer. Sampai beberapa chef memberi sentuhan terhadap hidangan ini, seperti Chef Hooi Kok Wah dari restoran Dragon Phoenix yang menambahkan telur ke dalam saus cabai.

Di sisi lain, restoran Seafood Weng Fung di Langkawi, Malaysia, mulai mencpitakan hidangan kepiting cabainya pada tahun yang sama, 1950. Weng Fu merupakan salah satu perusahaan seafood tertua di pulau itu yang sudah berdiri sejak tahun 1920-an.

Kemudian mereka pun menyajikan kepiting cabai atau chili crabnya pada tahun 1958. Bisa jadi mereka menyajikan hidangan ini lebih awal lagi, kata pemilik Kelly Keh Pooi Ling. Sausnya dibuat oleh mertua pemilik resto tersebut, dan pada saat itu mereka satu-satunya yang menjual hidangan chili crab ini.

Cara memasaknya pun berbeda. Menurut pembawa acara On The Red Dot, Ming Tan, chili crab Malaysia punya rasa yang lebih lembut. Sementara menurut chef dan pakar kuliner, Singapura memasak chili crabnya dengan versi yang lebih kental.

2. Bak Kut Teh

4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?John Lee Chuan Teck mengaku jika nama "teh" di hidangan tersebut datang dari nama kakeknya. Foto: CNA Insider/Neo Chai Chin

Beralih ke hidangan Bak Kut Teh, sebenarnya ada dua varian. Pertama bak kut teh bergaya Teochew yang umumnya ditemukan di Singapura. Versi ini punya kaldu lebih bening dan pedas.

Sementara Bak Kut Teh yang umum ditemukan di Malaysia bergaya Hokkien, yang terdiri dari rempah-rempah dan kecap manis. Hidangan ini lebih sering disantap di tempat-tempat yang dulunya banyak kuli China bekerja.

Para kuli itu menyukai hidangan berkuah karena teringat dengan cita rasa makanan rumahan. Mereka juga menambah rempah-rempah untuk membantu menangkal penyakit rematik, ujar blogger Ng Sock Peng.

Ketika program On The Red Dot menuju sebuah restoran bernama Seng Huat Bak Kut Teh di Malaysia, pemiliknya bernama John Lee Chuan Teck mengaku jika nama "teh" di hidangan tersebut datang dari nama kakeknya, Lee Boon Teh.

John mengungkap, "Ketika kakek saya pertama kali menjual sup iga babi (tahun 1938), namanya bukan bak kut teh. Tapi seiring waktu, orang-orang akan mengatakan jika mereka menuju ke iga babi teh untuk makan. Alhasil, hidangan tersebut akhirnya punya nama seperti itu."

Asal usul terkait hidangan bak kut teh ini masih ditelusuri. Satu hal yang sama, baik di Malaysia atau Singapura, hidangan ini berasal dari pendatang dari China Selatan.

Sengketa makanan yang diklaim Malaysia dan Singapura bisa dilihat pada halaman selanjutnya!

3. Nasi lemak

4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?Nasi lemak masih dipertanyakan apakah benar makanan dari Malaysia, Singapura, atau bahkan Indonesia. Foto: CNA Insider/Neo Chai Chin

Nasi lemak tidak asing lagi di telinga banyak orang. Bagi Malaysia, nasi lemak adalah hidangan yang mewakili negaranya.

Oleh karena itu, ketika McDonald's Singapura meluncurkan nasi lemak di Hari Nasional Singapura, mereka tidak terlalu senang. Karena klaim tersebut adalah klaim tidak resmi.

Namun apakah nasi lemak benar-benar berasal dari Malaysia? Atau sebenarnya nasi ini mirip dengan nasi uduk Indonesia yang sama-sama dimasak dengan santan dan disajikan dengan lauk pauk?

Menurut sejarawan makanan, Ahmad Najib Arifin, "Tidak ada yang datang dari yang lain." Ini merujuk kepada fakta jika pohon kelapa ada di mana-mana. Karenanya dalam sejarah, menurutnya orang pasti sudah bereksperimen memasak nasi, atau memasak biji-bijian lain menggunakan santan.

Sejarawan makanan ini juga menegaskan terhadap sajian sambal yang berbeda di kedua hidangan tersebut. Ada ratusan jenis sambal di seluruh Nusantara Melayu, dan yang digunakan dalam nasi lemak sangat umum di pantai barat, pungkasnya.

Namun menurut peneliti warisan Sarafian Salleh, nasi lemak merupakan hidangan Melayu yang berasal dari kepulauan Melayu. Sejarah kawasannya terbentuk bahkan sebelum Malaysia dan Singapura berdiri sebagai negara independen.

Bisa dikatakan jika nasi lemak hadir di Singapura karena pendatang dari Melayu yang berasal dari pulau Jawa, Sulawesi, dan Sumatera, pungkasnya. Saat ini nasi lemak dari kedua negara tersebut bisa dihidangkan dengan bermacam-macam lauk seperti cumi, daging, ayam goreng, dan banyak lagi.

4. Cendol

4 Sengketa Makanan Singapura dan Malaysia, Siapa Pemilik Sebenarnya?Meski Singapura dan Malaysia dianggap sebagai rumah untuk penjual cendol, cendol tetap jelas milik Indonesia, ucap Tan. Foto: CNA Insider/Neo Chai Chin

Ada alasan mengapa orang Malaysia sedikit terusik dengan artikel CNN tahun 2018 yang menyebutkan jika cendol merupakan hidangan Singapura.

Salah satu bahan dasar yang menjadi ciri khas hidangan ini adalah gula palem yang disebut dengan 'gula melaka'.

Di sebuah kota tertua di Malaysia, tepatnya di Jalan Jonker, banyak ditemukan toko-toko yang menjual cendol dengan gula melaka. Tetapi popularitas dan asal usul bukanlah hal sama. Beberapa netizen beranggapan jika cendol datang dari Indonesia.

Seperti yang diungkap oleh pakar kuliner asal Indonesia, William Wongso yang mengungkap kepada On The red Dot jika cendol sering disebut juga dengan 'dawet'. Hidangan penutup ini telah disebutkan dalam Serat Centhini, yaitu kumpulan cerita dan ajaran Jawa yang pertama kali diterbitkan tahun 1814.

Dawet sendiri bisa ditelusuri lebih jauh ke naskah Jawa pada abad ke 12, pungkas sejarawan makanan Indonesia, Fadly Rahman. Pada tahun 1860-an, resep dawet juga diterbitkan dalam buku masak Hindia Timur dengan kata 'tjendol' yang masuk ke dalam kamus bahasa Belanda.

Fadly mengungkap jika dawet tetap menjadi bagian dari tradisi masyarakat Jawa seperti dodol dawet yang hadir di acara pernikahan orang Jawa.

Oleh karena itu, meskipun Singapura dan Malaysia dianggap sebagai rumah untuk penjual cendol yang telah ada selama beberapa generasi, hidangan penutup ini tetap jelas milik Indonesia, ucap Tan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Indonesia Peringkat 6 Negara dengan Masakan Terbaik Dunia Versi Taste Atlas"
[Gambas:Video 20detik]
(aqr/adr)

Hide Ads