Pekerjaan bergaji besar ternyata bukan segalanya. Wanita ini lebih pilih jadi pegawai minimarket yang gajinya kecil, namun memberikannya kebahagiaan. Begini kisahnya.
Tak semua tolok ukur kesuksesan adalah mendapat gaji besar dari pekerjaan yang dilakoni sekarang. Di balik itu, ada hal lain yang patut dipertimbangkan seperti kebahagiaan dan kesehatan mental.
Tak sedikit pegawai kantoran yang gajinya amat besar, pilih meninggalkan profesinya demi menjaga kesehatan mental. Hal ini tergambar dari kisah seorang wanita di Klang Valley, Malaysia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip World of Buzz (1/5), wanita itu 'curhat' melalui akun Instagram @Malaysianpaygap (20/4) mengenai perjalanan karirnya. Ia meninggalkan pekerjaannya di bidang manajemen proyek dengan gaji RM 3.700 atau sekitar Rp 12,2 juta!
Kini wanita itu lebih pilih bekerja di minimarket sebagai asisten yang gajinya hanya RM 1.500 atau sekitar Rp 4,9 juta. Meski gajinya berkurang jauh, wanita itu mengakui kesehatan mentalnya lebih terjaga.
![]() |
"Saya tak lagi ditelepon 24/7," kata wanita 35 tahun itu. Ia pun tak lagi harus bekerja saat hari libur. "Orang-orang akan mencarimu setiap saat, dan semua proyek berada dalam deadline yang ketat," ujarnya.
Ia mengaku kini lebih bahagia, terlebih jaraknya ke tempat kerja sekarang sangat dekat. Minimarket itu bisa dijangkau 2 menit dari apartemen tempatnya tinggal.
"Gaji saya jauh lebih sedikit, tapi saya merasa lebih baik secara mental, dan entah bagaimana, fisik juga," akunya. Ia melanjutkan, "Sekarang kalau jam kerja saya selesai, maka benar-benar selesai."
Demi berhemat, wanita ini sekarang lebih sering masak di rumah. "Bahkan dengan gaji yang jauh lebih rendah, saya berhasil hidup sesuai kemampuan saya. Saya melihat diri saya melakukan ini di masa depan," katanya.
Melihat curhatan wanita ini, banyak netizen memberikan respons positif. Mereka setuju bahwa kesehatan mental dan kebahagiaan adalah hal yang amat patut dipertimbangkan, dari sekadar pekerjaan bergaji besar.
![]() |
"Sangat menghargai mereka yang berani ambil risiko demi menjaga kesehatan mental mereka. Mengalami penurunan gaji drastis tidak membuat 'nilai dirinya' berkurang. Saya harap dia menemukan jalur yang tepat dan akan bahagia di masa depan," ujar seorang netizen.
"Sama dengan kisah saya. Saya dulunya bekerja di Kuala Lumpur dengan gaji RM 2.800 (Rp 9,2 juta). Naik kereta bolak-balik setiap hari dan alami macet saat ke rumah. Sangat melelahkan. Saya keluar. Dan saya bekerja sebagai kasir supermarket dengan gaji RM 1.200 (Rp 3,9 juta). Hanya 10 menit untuk ke sana. Hidup saya jauh lebih baik," sahut netizen lain.
"Semua uang di dunia tidak bisa 'membeli' kesehatan. Dibutuhkan keberanian untuk mengambil langkah tersebut mengingat biaya hidup yang semakin tinggi. Banggalah pada dirimu sendiri. Anda melakukan hal yang benar," hibur netizen.
Kisah alih profesi ini bukan kali pertama terjadi. Lihat halaman selanjutnya untuk tahu cerita lain.
Sarjana Teknik Jualan Makanan Kaki Lima
![]() |
Meski memegang gelar Sarjana Teknik, wanita asal India bernama Tapsi Upadhyay lebih pilih jualan makanan di kaki lima. Ia menawarkan panipuri di gerobak yang ada di kawasan Tlak Nigar.
Tapsi menggunakan resep sendiri untuk membuat panipuri-nya. Ia menawarkan panipuri yang lebih sehat, dibantu dengan promosi di media sosial.
Tapsi mengatakan banyak orang di sekitar menyayangkan keputusannya karena seolah menyia-nyiakan pendidikannya, namun ia tetap semangat berjualan.
Semua ia lakukan dengan perencanaan yang matang. Tapsi bahkan butuh waktu 7-8 bulan untuk riset, melakukan persiapan jualan, hingga menyempurnakan resepnya. Semua ini ia lakukan sendiri sehingga membuat dirinya bangga.
Mahasiswa Kedokteran Pilih Jualan Roti
![]() |
Mahasiswa kedokteran asal China, Huang Xiaobin hampir meraih gelar Ph.D, namun jelang akhir pendidikannya, ia merasa menemukan tujuan hidup baru. Semua bermula saat Huang menonton acara di BBC, "Paul Hollywood's Bread."
Huang mengaku kehilangan semangat untuk belajar kedokteran. Ia merasa semakin tinggi gelar yang diraih, maka semakin banyak batasan yang dihadapi. Ia melanjutkan, "Membuat roti sangat menyenangkan dan membuka bakery membuat saya merasa punya kerajaan sendiri."
Huang memanfaatkan pengetahuan dasar soal kimia dan biologi dalam pembuatan roti. Terutama dalam memahami penggunaan ragi dan struktur sel. "Tak peduli kamu ada di tahapan umur mana, kalau kamu melakukan apa yang ingin kamu lakukan, itu bukanlah hal sia-sia dan tidak perlu dikasihani," pungkas Huang.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)