Sudah Ada Sejak Dinasti Han, Dimsum Klasik dan Kekinian Tetap Populer

ADVERTISEMENT

Dimsum Klasik & Kekinian

Sudah Ada Sejak Dinasti Han, Dimsum Klasik dan Kekinian Tetap Populer

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Selasa, 14 Mar 2023 17:00 WIB
Sudah Ada Sejak Dinasti Han, Dimsum Klasik dan Kekinian Tetap Populer
Foto: Getty Images/iStockphoto/trusjom
Jakarta -

Dimsum kini jadi favorit banyak orang Indonesia. Makanan khas Kanton ini punya beragam jenis. Kreasinya tak terbatas pada yang klasik, tapi juga yang kekinian dengan sentuhan artisan.

Beberapa makanan khas luar negeri berhasil populer di Tanah Air karena cita rasanya sesuai mayoritas selera orang Indonesia. Salah satunya dimsum dari Kanton, China yang belakangan banyak digemari.

Tak sulit menemukan dimsum di sini karena dijajakan di kaki lima hingga restoran mewah. Kreasinya yang beragam juga mampu memenuhi selera banyak orang.

Dimsum diolah dengan cara dikukus, dipanggang, digoreng, hingga dipanggang. Jenisnya konon mencapai 2.000! Tapi seiring berjalannya waktu, hanya puluhan jenis saja yang banyak digemari.

Sudah Ada Sejak Dinasti Han, Dimsum Klasik dan Kekinian Tetap PopulerShumai, salah satu jenis dimsum klasik terpopuler. Foto: Getty Images/iStockphoto/trusjom

Beberapa jenis dimsum populer adalah hakau, shumai, mantau, lumpia, wonton, ceker ayam, onde-onde, hingga egg tart. Dimsum umumnya disajikan dalam klakat bambu dalam keadaan hangat sehingga menggugah selera makan.

Menilik sejarahnya, menurut Wikipedia, dimsum memiliki perjalanan amat panjang. Konon dimsum sudah ada ribuan tahun lalu, tepatnya pada masa Dinasti Han (206-220 SM).

Kata 'dimsum' diambil dari bahasa Mandarin yang artinya 'menyentuh hati'. Hal ini menyesuaikan dengan ukuran dimsum yang mungil.

Sudah Ada Sejak Dinasti Han, Dimsum Klasik dan Kekinian Tetap PopulerTradisi yum cha di restoran Hong Kong, dimsum dalam klakat bambu ditawarkan berkeliling. Foto: Getty Images/iStockphoto/trusjom

Karena ukuran yang mungil itulah, dimsum jamak dinikmati sebagai kudapan sambil minum teh. Tradisi ini terkenal dengan sebutan yum cha.

Menyantap dimsum ternyata juga ada etiketnya. Meski ukurannya mungil, seseorang disarankan tidak memesan banyak sekaligus agar tidak berujung sia-sia.

Mengutip South China Morning Post, Chef Chan Yan-tak dari Hong Kong mengatakan, "Tidak ada aturan berapa banyak dimsum yang harus Anda pesan, pesan saja hidangan sebanyak yang diperlukan sampai kenyang. Tetapi hindari memesan banyak dimsum di awal. Kalau merasa kurang, kamu bisa memesannya kapanpun."

Di Indonesia, kini hadir banyak restoran dimsum klasik dan kekinian. Untuk yang klasik, dalam hal ini tempat makan dimsum masih mempertahankan tradisi yum cha atau menyajikan varian dimsum klasik.

Untuk yang kekinian, dimsum dibuat dengan bentuk karakter menggemaskan. Penyajiannya juga tidak lagi di klakat bambu, tapi bisa di wadah nyentrik lain seperti tangga kayu mini. Suasana bersantap umumnya bernuansa modern dan Instagramable.

Yinyang Dimsum: Pesta Dimsum di Resto Kekinian dengan 'Prosperity Stairs'Dimsum kekinian salah satunya ditawarkan restoran Yinyang di Senopati. Foto: detikfood

Restoran dimsum klasik dan kekinian ini mudah ditemukan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Setiap tempat punya keistimewaan yang menarik disimak seperti restoran dimsum Sun City, Hayam Wuruk dan The Chinese National di Swissotel Jakarta PIK Avenue.

Dalam ulasan detikfood pekan ini, kami juga bakal membahas serba-serbi dimsum klasik dan kekinian lainnya. Ada informasi soal jenis dimsum menarik, etiket menikmatinya, hingga tempat-tempat enak untuk menikmati dimsum. Untuk tahu informasi lengkapnya, simak terus ulasan detikfood ya!



Simak Video "Serunya Menjajal Dimsum Kekinian di Kawasan Central Market PIK"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT