Bubur Sudah Dinikmati di China 3000 Tahun Lalu Kini Populer di Dunia

Hangat Nikmat Bubur Ayam

Bubur Sudah Dinikmati di China 3000 Tahun Lalu Kini Populer di Dunia

Diah Afrilian - detikFood
Jumat, 03 Mar 2023 16:00 WIB
Bubur Sudah Dinikmati di China 3000 Tahun Lalu Kini Populer di Dunia
Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita
Jakarta -

Bubur sudah hadir sejak lebih dari 30 abad yang lalu. Olahan beras dengan kaldu yang gurih ini melalui perjalanan panjang hingga akhirnya populer di dunia.

Bubur kini menjadi hidangan yang dikenal oleh hampir seluruh negara di dunia. Teksturnya yang lembut serta disajikan selagi hangat banyak dinikmati terutama saat sarapan.

Di Indonesia sendiri, bubur berkembang menjadi banyak variasinya. Setiap daerah di Indonesia memiliki racikan bubur masing-masing. Tentunya kehadiran bubur tidak jauh dari pengaruh budaya pendatang China yang menjelajah ke berbagai belahan dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bubur bisa dikatakan sebagai salah satu hidangan kuno yang masih bertahan dan terus berkembang hingga hari ini. Ada perjalanan panjang yang dilalui bubur dari awalnya hanya sekadar makanan di China hingga kini mendunia.

Mengutip localiiz (26/8) bubur bukan hanya sekadar olahan beras yang dibuat menjadi lunak. Bubur yang sudah ada sejak masa dinasti Zhou punya makna yang mendalam daripada hanya sekadar sajian makanan saja.

ADVERTISEMENT

Seorang penyair lagu bernama Lu You pernah menyebutkan, "Makan bubur akan memberikan kehidupan yang kekal." Bubur juga tidak hanya bisa dinikmati secara polos saja. Bubur mudah dikreasikan sesuai selera lidah penikmatnya.

Awal Mula Bubur

Bubur Sudah Dinikmati di China 3000 Tahun Lalu Kini Populer di DuniaKehadiran bubur sudah ada sejak 3.000 tahun yang lalu. Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita

Berkembang di kawasan Asia, bubur pertama kali disebut sebagai 'kanji' yang berasal dari bahasa Tamil di Asia Selatan. Tetapi jika meruntut melalui sejarah akar budayanya, bubur pertama kali disajikan di China pada dinasti Zhou sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Bubur dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat mula dari kaisar hingga petani. Sejak awal kehadirannya, hidangan ini disajikan sesuai dengan selera dan ketersediaan bahan orang-orang yang menyajikannya.

Nasi dan bubur memiliki perjalanan mulia dalam menyelamatkan banyak orang terutama pada masa-masa sulit. Banyak negara-negara yang mengalami kelaparan pada masa lampau, peperangan hingga mengalami bencana alam menyajikan bubur untuk menyelamatkan nyawa masyarakatnya.

Ada sebuah ungkapan Kanton yang menyebutkan betapa pentingnya bubur untuk suatu kumpulan masyarakat. Ungkapan tersebut berbunyi, "Saat kami memiliki nasi, kami akan membaginya, dan jika kami hanya punya bubur pun kami akan membaginya juga."

bubur memiliki makna persahabatan budaya yang begitu kuat. Arti berbagi bubur itu sendiri merupakan setiap manusia akan saling tolong menolong dalam keadaan susah maupun ketika senang.

Variasi Bubur Internasional

Setelah dibawa keluar dari daratan China, bubur kemudian tersebar ke seluruh dunia. Tetapi karena memiliki sumber daya dan selera yang berbeda bubur disajikan dalam berbagai jenis.

Bagi orang Kanton sendiri, bubur biasanya disajikan dengan daun ketumbar untuk meningkatkan selera makan, mengatasi depresi hingga meredakan rasa sakit. Tetapi bagi orang Shanghai bubur biasanya akan disajikan dengan acar dan telur asin.

Jika berbicara tentang bubur yang ada di luar daratan China, perbedaannya akan semakin banyak. Mulai dari tekstur bubur, rasa hingga topping yang lebih beragam.

Di Myanmar, bubur lebih dikenal dengan istilah hsan pyoke yang berarti nasi direbus. Sedangkan di Filipina, bubur disajikan dengan dua jenis yang berbeda yaitu lugaw atau bubur dengan resep dasar dan arroz caldo atau bubur yang disajikan dengan satu ekor ayam utuh.

Bubur Sudah Dinikmati di China 3000 Tahun Lalu Kini Populer di DuniaKini bubur berkembang dengan banyak varian dan populer ke seluruh dunia. Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita

Bubur Pada Era Modern

Catherine Shanahan selaku ahli biokimia dan dokter, menyebutkan bahwa bubur menjadi salah satu budaya penting para nenek moyang yang mengajarkan cara mengonsumsi makanan bernutrisi. Bubur tidak hanya peninggalan budaya tetapi juga cara yang telah teruji coba untuk memasukkan nutrisi dengan lebih mudah.

Shanahan menyebutkan bahwa bubur menjadi makanan yang paling bernutrisi jauh sebelum berkembangnya teknologi pangan seperti fortifikasi dan lainnya. Perkembangan teknologi kini juga menjadi salah satu pendukung berkembangnya bubur.

Jika pada masa lampau bubur tak boleh berada di atas kompor lebih dari satu jam karena takut hangus, kini orang dapat membuat bubur menggunakan rice cooker. Cara ini tentu akan lebih memudahkan untuk membuat bubur dengan inovasi penambahan bahan-bahan yang baru.

Berbeda dengan bubur di masa lampau yang lebih sederhana, kini bubur disajikan dengan berbagai campuran seperti sayuran, daging atau ikan yang akan semakin menambah nutrisinya. Maka tidak heran jika bubur juga menjadi hidangan yang diberikan untuk orang sakit.

(dfl/odi)

Hide Ads