Vanilla yang selama ini dikenal hanya berupa ekstrak saja, tapi tahukah kamu seperti apa tanaman vanilla? Seorang pria berdarah Indonesia sukses membudidayakan 40 tanaman vanilla di lorong rusun tempatnya tinggal di Singapura.
Mengutip Mothership SG (30/12), Charles Santoso yang tinggal di sebuah rumah susun (rusun) di kawasan Tampines, Singapura, berhasil membudidayakan tanaman vanilla. Ia memanfaatkan lorong di rusun tersebut untuk menaruh tanaman favoritnya.
Dilihat sekilas, tanaman vanilla yang dimiliki Santoso seperti tanaman pada umumnya. Namun terlihat ada batang-batang hijau yang menjulur.
Santoso memiliki 40 tanaman vanilla dari berbagai ukuran. Ketika sudah diolah, biji vanili berkualitas miliknya bernilai bisa setara dengan perak! Ia mengatakan vanilla sejatinya memang mahal, kalau ada yang murah maka itu imitasi, bukan diambil dari tanaman vanilla asli.
Vanilla palsu itu dibuat dari banyak bahan kimia. Penggunaan pewarna, perasa, bahan tambahan, hingga air dipakai, tapi tidak ada satupun penggunaan vanilla sungguhan.
![]() |
Santoso mulai serius membudidayakan vanilla atas dasar ide sang istri yang memiliki latar profesi di bidang seni kuliner. Pria Indonesia yang pindah ke Singapura 15 tahun lalu ini kemudian belajar otodidak mengenai cara menanam vanilla.
Seiring waktu, ia juga terkoneksi dengan komunitas petani vanilla internasional. Ia mempelajari banyak hal di sana, hingga berhasil bisnis vanilla.
Santoso mulai menjual biji vanilla pada 2019. Ia kemudian mendirikan perusahaan bernama Mireia.
Untuk menanam vanilla sendiri rupanya tidak mudah. Butuh waktu 3 tahun untuk tanaman itu siap berbunga. Ada juga trik tertentu untuk memaksa tanaman vanilla berbunga.
"Kalau tidak, Anda bisa menanamnya selama sepuluh tahun dan tidak akan berbunga juga," kata Santoso. Ia juga bilang kalau tanaman vanilla cenderung sensitif.
"Bunga vanilla hanya bisa bertahan setengah hari - dari jam 12 malam sampai jam 12 siang. Setelah itu mereka akan mati. Jika tidak diserbuki maka akan rontok," sambungnya. Ketika proses penyerbukan berhasil, maka akan muncul biji vanila hijau.
![]() |
Santoso kemudian mengawetkan biji vanili ini di rumahnya di Tampines. Prosesnya memakan waktu minimal enam bulan. Produk akhirnya adalah tanaman vanilla utuh yang siap dipakai, bijinya saja, atau ekstrak dan pasta vanilla nonalkohol.
Untuk membandingkan jenis vanilla, Santoso menunjukkan 3 varietas biji vanili yang Mireia jual, yaitu dari Indonesia, Tahiti dan Madagaskar. Menurut reporter Mothership SG, tiap vanilla ini punya karakteristik aroma sendiri, bergantung cuaca dimana mereka tumbuh.
Vanilla Tahiti lebih fruity dan harum seperti wine. Sedangkan vanilla Madagaskar lebih manis. Lalu untuk vanilla Indonesia dinilai lebih smoky aromanya sehingga cocok dipakai untuk hidangan gurih.
![]() |
Santoso berujar tak mudah mengembangkan Mireia dari awal. Ia mengembangkan bisnis ini secara perlahan dan hati-hati layaknya membudidayakan tanaman vanilla.
Usahanya tak menghianati hasil karena produk Mireia kini mulai dikenal luas. Produknya bahkan dipakai di merek besar seperti CÉ LA VI dan The American Club. Banyak chef terkenal juga menggunakan vanilla dari Mireia.
Kini Mireia sudah mampu memproduksi sekitar 10 kg biji vanilla kering per minggu di perkebunan luar negeri, namun Santoso ingin menanam vanilla di Singapura meski kendalanya besar.
"Saya sangat ingin menempuh jalan untuk benar-benar membudidayakan tanaman vanilla di sini, untuk melihat aroma vanilla Singapura yang kami miliki," tutup Santoso.
Simak Video "Bikin Laper: Wajib Coba! Makanan Turki di Sekitar Sultan Mosque Singapura"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)