Kini hadir rice cooker dengan fitur baru yaitu yang bisa menghasilkan nasi low carbo atau rendah gula. Dari sisi nutrisi, apakah fitur itu efektif? Begini kata dr. Zaidul Akbar.
Rice cooker adalah alat dapur yang dimiliki oleh hampir semua dapur rumah tangga di Indonesia. Digunakan untuk mematangkan nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia, rice cooker pun kini semakin canggih inovasinya.
Terbaru ada rice cooker dengan fitur low carbo. Artinya rice cooker ini bisa menghasilkan nasi yang kandungan karbohidrat/gulanya lebih rendah daripada nasi yang dimasak dengan rice cooker biasa.
Cara kerja rice cooker low carbo adalah dengan memisahkan secara otomatis air hasil masak nasi yang tinggi pati dan kadar gula. Selanjutnya, air tajin itu dikeluarkan juga secara otomatis ke bagian bawah rice cooker.
Setelah serangkaian proses itu berjalan, nasi bakal dimasak hingga matang dengan cara dikukus. Hasilnya, nasi diklaim punya kandungan karbohidrat/gula yang lebih rendah, bahkan disebut bisa sampai 45%.
![]() |
Produk inipun laris diburu mereka yang ingin menerapkan pola makan rendah karbohidrat atau mereka yang memiliki sensitivitas kadar gula darah. Tapi apakah rice cooker low carbo benar-benar layak dimiliki karena fungsinya?
dr. Zaidul Akbar pun memberikan pandangannya. Mengutip YouTube dr. Zaidul Akbar Official (14/12), dokter yang terkenal dengan metode Jurus Sehat Rasulullah SAW (JSR) ini mengungkap kalau ia juga punya alat dapur ini di rumah, tapi tidak memakainya.
"Namanya slow cooker ya, biasanya dia juga bisa menghasilkan air tajin. Jadi sebenarnya nanti, salah satu fungsi bagi orang-orang yang diabetes itu, air tajinnya yang diminum itu nanti," kata dr. Zaidul Akbar.
Ia melanjutkan, "Prinsipnya sebenarnya, karbohidrat ya karbohidrat. Jadi kalau saran saya, tetap makan karbohidrat tapi batasi. Yang kedua, cari sumber karbohidrat yang sehat." Pilihannya ada beras cokelat, beras merah, beras hitam, atau beras organik yang tinggi serat/vitamin.
"Intinya jangan beras yang sudah dibleaching, diputihkan, diolah sedemikian rupa sehingga kadar gulanya sangat tinggi. Kalau tidak ganti dengan sumber karbohidrat sehat yang lainnya seperti umbi-umbian," lanjut dokter lulusan Universitas Diponegoro tersebut.
Menurutnya, jika seseorang ingin pakai rice cooker low carbo, tidak ada masalah. "Kalau mau pakai ya silakan saja, tapi kalau real-nya, apakah kita bisa persis tahu setelah dimasak pakai slow cooker, kadar gulanya turun kan harus ada data," ujar dr. Zaidul Akbar.
"Jadi saran saya, (perlu mengingat bahwa) karbohidrat adalah karbohidrat. Gula adalah gula. Artinya tetap kita perlu kendalikan, jangan berlebihan. Konsumsilah sumber karbohidrat yang sehat," ujarnya.
![]() |
Mengutip Alodokter, pada umumnya asupan karbohidrat yang disarankan adalah sekitar 45% dari total kalori. Jika kebutuhan kalori seseorang sebesar 1,800 kkal, maka karbohidrat yang dibutuhkan adalah 800-900 kkal atau sekitar 200-225 gram.
dr. Zaidul Akbar juga menyinggung proses masak nasi zaman dulu sebelum hadir rice cooker. Ia menyebut proses itu bahkan tergolong lebih sehat.
"Ya kan ibu kita menanak nasi itu kan habis masak ya selesai. Habis itu kan kalau mau dipanaskan ya dipanaskan lagi. Kalau sekarang kan nasi terus menerus panas di dalam rice cooker itu," pungkasnya.
Meski begitu ia tak menampik jika kehadiran teknologi juga memiliki kelebihan sehingga bisa digunakan. Syaratnya adalah mengetahui prinsip dasarnya.
Simak Video "Bikin Laper: Sea Food Kuah Tom Yum yang Segar"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)