3 Hidangan Khas Solo Ini Sudah Populer Sejak Zaman Kolonial

Kuliner Pusaka Indonesia

3 Hidangan Khas Solo Ini Sudah Populer Sejak Zaman Kolonial

Odilia Winneke Setiawati - detikFood
Senin, 15 Agu 2022 10:30 WIB
Timlo Maestro merupakan salah satu kuliner populer di Solo. Kuliner yang terdiri dari sosis, telur, dan ati ampela ini merupakan langganan Jokowi lho.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Solo punya kuliner unik, hasil adaptasi kuliner Jawa dan Belanda. Seperti selat solo, tengkleng hingga timlo yang sampai kini bisa dinikmati.

Timlo, selat Solo dan tengkleng tergolong kuliner legendaris yang jadi kuliner pusaka. Dicipatkan sejak zaman Belanda dan tetap dibuat dan dinikmati hingga sekarang.

Tiap makanan ini punya sejarahnya sendiri. Seperti tengkleng yang punya sejarah kelam di Solo. Berikut kisah terciptanya tiga makanan legendaris Solo yang tetapi digemari dan dicari orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tengkleng

Resep Tengkleng Kambing Rica-ricaTengkleng adalah makanan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing. Foto: detikfood/odilia

Tengkleng adalah makanan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing. Bedanya, bahan dasar tengkleng berupa tulang belulang, kapala dan jeroan kambing. Kuah tengkleng juga lebih encer dari gule daging kambing.

Tengkleng mulai dikenal ketika rakyat di Solo pada masa pendudukan Jepang kesulitan mencari bahan pangan. Demi bertahan hidup, mereka pun terpaksa mengolah limbah bahan pangan seperti tulang belulang dan jeroan kambing.

ADVERTISEMENT

Tulang dan jeroan kambing itu dimasak dengan bumbu yang ada seperti kelapa, kunyit, serai, jahe, lengkuas, daun jeruk, daun salam, kayu manis, cengkeh, garam, bawang putih, bawang merah, pala, dan kemiri.

Makanan ini disebuttengkleng karena menimbulkan bunyi khaskleng-kleng-kleng ketika disantap di piring yang terbuat dari gembreng atau seng. Meski berawal dari sejarah yang kelam,tengkleng kini menjadi salah satu makanan khas Solo yang digemari dan banyak diburu wisatawan.

2. Selat Solo

Resep Selat SoloSelat Solo termasuk salah satu kuliner hasil akulturasi pada masa kolonial Belanda. Foto: iStock

Selat Solo termasuk salah satu kuliner hasil akulturasi pada masa kolonial Belanda. Kisah Selat Solo berawal dari Benteng Vastenburg yang menjadi tempat perundingan antara pihak Kasunanan Surakarta dengan pemerintahan Belanda.

Tiap ada pertemuan di Benteng Vastenburg, pada saat jamuan makan, ternyata ada perbedaan selera antara Jenderal Belanda dengan Sultan. Jenderal Belanda menginginkan hidangan berupa steak seperti di negara asalnya. Sedangkan Sultan lebih menyukai nasi dan sayuran.

Walhasil, juru masak pun membuat hidangan yang terdiri dari sayur-sayuran seperti tomat, buncis, selada, wortel, kentang sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi, serta daging. Hidangan ini tidak dilumuri saus seperti steak, tetapi disiram kuah yang terbuat dari rempah-rempah Indonesia.

Seiring perjalanan waktu, Selat Solo mengalami beberapa modifikasi, termasuk penambahan isiannya seperti timun, telur rebus, dan kentang yang dibuat keripik atau ditumbuk (mashed potato). Nama Selat ternyata berasal dari kata salad dalam Bahasa Inggris.

Makanan yang tercipta dari perpaduan dua budaya, Eropa dan Jawa, ini sampai sekarang menjadi salah satu ikon wisata kuliner Solo. Salah satu penjual Selat Solo yang terkenal ialah SelatVien's yang lokasinya tak jauh dari Stasiun Solo Balapan.

3. Timlo

Timlo Maestro, kuliner khas Solo langganan Presiden Joko WidodoTimlo Maestro, kuliner khas Solo langganan Presiden Joko Widodo Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho

Pada masa kolonial Belanda di Solo, timlo awalnya dijual oleh para pedagang China yang berkeliling menggunakan pikulan. Timlo saat itu dikenal dengan nama kimlo, sup bening berisi sosis solo, telur pindang, wortel, hati ampela, dan taburan daging. Timlo biasa disantap dengan nasi dan perasan jeruk nipis.

Pada masa Orde Baru, timlo sempat bersaing ketat dengan menu-menu makanan baru dari luar yang mulai membanjiri dalam negeri. Meski demikian, timlo masih bertahan dan tetap lestari sampai sekarang. Timlo bisa dijumpai di sekitar Pasar Gede dan di berbagai sudut kota Solo.

Baca selengkapnya di sini

Halaman 3 dari 3


Simak Video "Potensi Besar Kuliner Indonesia Masuk Pasar Internasional "
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)

Hide Ads