Menjalani bisnis kaki lima sendirian, pria ini merasa kelelahan. Bekerja selama 7 hari dalam seminggu, keputusan menutup kedainya terpaksa harus dilakukan.
Menjalani bisnis kuliner bukan hal mudah. Kemampuan menyajikan makanan yang baik harus juga diimbangi dengan modal yang cukup besar dan setidaknya stabil untuk beberapa waktu ke depan.
Berawal dari memiliki kemampuan menyajikan hidangan yang lezat, seorang pria memutuskan untuk memulai bisnis kulinernya. Berhenti dari sebuah restoran seafood, pria ini berpikir akan mendapat keuntungan yang lebih banyak jika memulai bisnisnya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata tekanan yang diterima semakin hari membuatnya semakin kelelahan. Hingga akhirnya keputusan terbesar dan diakui yang paling berat dalam hidupnya harus dilakukan.
![]() |
Mengutip 8 Days (30/6) pria bernama Kenny Chong ini adalah mantan asisten chef di sebuah restoran seafood di kawasan Marina Bay. Suatu hari, Ching mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memilih berbisnis sendiri.
Ia menjual hidangan Pao Fan yang begitu populer di Singapura. Rasanya yang gurih karena menggunakan banyak seafood dan diracik dengan kuah yang hangat membuat hidangan ini jadi favorit.
Kedai yang baru dibuka 7 bulan ini telah berhasil membuat Chong mengantongi keuntungan bersih Rp 10 juta hingga Rp 21 juta per bulan. Tetapi di balik keuntungan itu ada kerja keras Chong yang harus bekerja selama 12 jam setiap hari tanpa libur.
"Setiap bulannya aku mendapat keuntungan bersih Rp 10 - 21 juta. Aku sebelumnya merasa sangat tertekan harus menghasilkan lebih banyak uang, terutama ketika sudah memiliki anak," ungkap Chong.
![]() |
Tetapi semakin hari Chong merasakan tekanan dan kelelahan yang semakin besar. Banyak faktor yang akhirnya membuat Chong berpikir untuk menutup kedai Pao Fan miliknya.
Mulai dari hari bahan baku yang harganya meningkat, persaingan yang ketat, hingga dirinya yang merasa tidak lagi memiliki waktu untuk diri sendiri dan keluarganya. Diakui oleh Chong penutupan kedainya ini bukan sesuatu yang mudah untuknya.
"Aku sebenarnya tidak benar-benar bisa melepaskan kedai ini. Tetapi setelah aku memikirkannya, ini tidak sepadan. Aku benar-benar tidak memiliki pilihan selain menutupnya," kata Chong.
Melalui surat singkat yang diunggah pada akun Instagram resmi Pao Fannya, Chong menyampaikan permohonan maaf kepada pelanggan setianya. Chong menjelaskan tepat tanggal 26 Juni yang lalu dirinya sudah memutuskan untuk berhenti beroperasi secara efektif.
(dfl/adr)