Biksu Buddha Ini Menang Penghargaan Kuliner Padahal Tak Punya Resto

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Senin, 20 Jun 2022 18:00 WIB
Foto: The Worlds 50 Best
Jakarta -

Asia's 50 Best Restaurants menyedot perhatian lantaran menobatkan seorang biksu Buddha sebagai pemenang kategori Icon Award. Meski bukan chef sesungguhnya, ia dinilai layak mendapatkan penghargaan ini.

Pada 29 Maret 2022, pemenang penghargaan Asia's 50 Best Restaurants diumumkan. Untuk kategori Icon Award dimenangkan biksu Buddha di Korea Selatan bernama Jeong Kwan.

Keluarnya ia sebagai pemenang adalah berdasarkan hasil pemungutan suara (voting) terhadap lebih dari 300 anggota Asia's 50 Best Restaurants Academy. Sosoknya dinilai memberikan kontribusi luar biasa untuk dunia kuliner.

Mengutip Next Shark (20/6), Jeong Kwan memulai perjalanannya sebagai biksu di usia 17 tahun setelah sang ibu meninggal. Di Baekyangsa Temple yang merupakan 'rumah' barunya, ia mempelajari seni masakan kuil selama lebih dari 40 tahun hingga kini terbilang sebagai 'master'.

Jeong Kwan, penerima Icon Award 2022 dari Asia's 50 Best Restaurant. Foto: The Worlds 50 Best

Seni masakan kuil istimewa karena sangat memprioritaskan keaslian dan kemurnian tiap bahan makanan yang digunakan. Untuk mencapai hal itu, Jeong Kwan menanam banyak sayuran sendiri di kebun ramah lingkungan yang ada di area kuil.

Ia mengolah banyak bahan makanan, namun ada beberapa yang ia hindari karena konsumsinya dianggap bisa membuat seorang biksu sulit tenang. Misalnya bawang putih, bawang merah, dan daun bawang.

"Makanan kuil adalah hubungan yang menyatukan energi fisik dan mental. Membuat masakan ini adalah tentang bagaimana memaksimalkan rasa dan nutrisi dari bahan nabati dengan penggunaan bumbu terbatas," katanya.

Jeong Kwan memanfaatkan proses alami seperti fermentasi dalam memasak. Foto: The Worlds 50 Best

Kwan hanya mengolah bahan nabati sehingga menghindari masak daging, susu, ikan, atau herba yang berbau. Ia juga memanfaatkan proses alami seperti fermentasi untuk menciptakan variasi rasa.

Kwan menyebut fermentasi layaknya pekerjaan alam. "Sungguh ajaib bagaimana proses fermentasi mengubah energi bahan asli. Lobak yang dipetik tidak lagi memiliki energi lobak tetapi mereka telah memasukkan energi dari saus yang difermentasi dan kemudian mereka menyelaraskan tubuh kita," katanya.

Kwan membuat masakan kuil yang vegan ini menggugah selera. Ia misalnya, menggabungkan irisan pir Korea dengan saus jeruk plus jamur shiitake yang disiram kecap asin berusia 5 tahun. Semua bahan utamanya fresh, baru dipetik dari kebun.

Meski tak punya restoran atau pernah sebagai chef sungguhan, 'pekerjaan' Kwan serta kontribusinya dinilai pantas meraih penghargaan bergengsi ini. Sosoknya bahkan dapat sorotan banyak chef terkenal.

Bagi Jeong Kwan, memasak adalah media spiritual. Tak Punya Resto Foto: The Worlds 50 Best

Misalnya Éric Ripert dan René Redzepi yang mengenal Kwan. "Dia bukan chef seperti kita, dia adalah biksu Buddha. Bagi dia memasak adalah cara untuk mempraktikkan ajaran agamanya. Cara untuk dipraktekkan setiap hari, apa yang ia pelajari dan apa yang ia ingin bagikan pada dunia," kata Éric Ripert.

Hal ini sejalan dengan prinsip Kwan. Ia memasak bukan untuk mencari popularitas atau keuntungan. Baginya memasak adalah media spiritual.

Atas penghargaan bergengsi ini, Kwan mengatakan hal ini diharapkan bisa meningkatkan popularitas masakan kuil dan masakan Korea lebih jauh lagi pada dunia.

"Saya menyadari kesulitan yang disebabkan oleh pandemi global dan berharap situasinya akan membaik sehingga kita dapat bertemu lagi untuk berbagi makanan dan energi positif," tutupnya.



Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"

(adr/odi)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork