Banyak orang yang salah pesan makanan di restoran. Misalnya kisah pesan sate babi, di restoran Muslim yang tentunya tidak menyediakan menu non-halal.
Mirip seperti di Indonesia, Singapura terdiri dari beragam etnis dan agama. Semuanya hidup berdampingan dan mengutamakan toleransi agama. Mulai dari pemeluk agama Islam, Kristen, Buddha sampai Hindu semuanya bisa ditemukan di Singapura.
Karena budayanya yang beragam, banyak orang Singapura yang menceritakan pengalaman tak terduga mereka saat salah pesan makan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Dulu Dijual Ilegal, Kini Sate Babi Ini Harus Antre Sampai 6 Bulan
Dilansir dari Mothership (12/11), tim Mothership melemparkan pertanyaan tentang apakah orang-orang di Singapura pernah tak sengaja menyinggung pemeluk agama lain tanpa mereka ketahui. Kebanyakan dari yang menjawab, sering salah pesan makanan di restoran yang tak sesuai dengan agama mereka.
Misalnya kisah salah satu responden, yang menceritakan pengalamannya tak sengaja pesan sate babi.
"Jadi waktu itu saya pergi ke rumah makan spesial menjual aneka sate. Di sate saya pesan sate babi dan sate ayam, lalu di sana saya baru sadar bahwa rumah makan yang saya kunjungi adalah rumah makan Muslim yang hanya menyajikan makanan halal saja," tulisnya.
Baca Juga: Maknyus! Inilah 5 Sate Babi Legendaris dan Terenak di Jakarta" selengkapnya
![]() |
Kesalahan pemesanan makanan atau tentang budaya makan yang berhubungan dengan satu agama, juga dialami orang Singapura lainnya.
"Jadi waktu itu saya terima tamu dari Amerika, mereka pergi ke Singapura. Lalu saya bilang ke mereka kalau mereka wajib makan chili crab (kepiting pedas khas Singapura), ternyata tamu ini agamanya Yahudi," tutur koresponden lainnya.
Di mana diketahui bahwa pemeluk agama Yahudi, tidak boleh menyantap binatang laut seperti kepiting, udang, belut hingga kerang tiram.
"Pernah juga waktu itu saya tidak tahu kalau sedang bulan Ramadhan, di mana umat Muslim harus berpuasa. Saya dengan santainya minum air putih di depan mereka, saya kena tegur setelah itu," curhat koresponden berikutnya.
![]() |
Meskipun tidak semua umat Muslim merasa tersinggung jika melihat orang lain makan dan minum di depan mereka selama bulan puasa. Kebanyakan orang Muslim memiliki rasa toleransi yang tinggi, dan tidak mempermasalahkan orang non-Mumslim untuk makan dan minum depan mereka.
Begitu juga dengan kisah koresponden lainnya. Ia berkunjung ke rumah temannya yang beragama Buddha, lalu makan cheeseburger tepat di area altar atau tempat mereka berdoa yang sering dianggap sebagai tempat ibadah yang suci.
Terlepas dari pengalaman tak terduga ini, banyak netizen lain yang menyebutkan bahwa warga Singapura hidup berdampingan dan harmonis, meski dibedakan dengan agama, ras sampai budaya.
Baca Juga: Maknyus! Inilah 5 Sate Babi Legendaris dan Terenak di Jakarta
(sob/odi)