Adalah Gautama Sastra Waskita atau akrab disapa Tama, pemilik kedai kopi Kosim. Tama memulai bisnis coffee shop ini sejak tahun 2015. Kedai kopi ini dimulai setelah Tama memutuskan mundur dari pekerjaannya.
Lewat tayangan di youtube channel Pecah Telur (12/8) Tama membeberkan bisnis kedai kopinya ini. Kopi Kosim merupakan singkatan dari Kopi Siang Malam, istri Tama yang memberikan nama ini. Siapa sangka, kedai kopi kecil ini kemudian menjadi kedai kopi bergengsi di Tulungagung.
Tahun 2015, Tama memulai bisnis ini dengan modal Rp 28 juta. Saat itu belum banyak coffee shop di Tulungagung jadi Tama ssngat gencar melakukan strategi marketing agar banyak orang tahu soal kedai kopinya.
Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun, Kedai Kopi Kosim mencapai titik puncaknya. Salah satu baristanya menjuarai lomba menyeduh kopi tingkat Provinsi Jawa Timur. Selain itu Kedai Kopi Kosim juga diundang menyajikan kopi untuk tamu diplomasi di KBRI Kuala Lumpur Malaysia.
"2018 di puncak kejayaan, kami menang lomba barista se-Jawa Timur juara 1. Lalu diundang untuk menyajikan kopi untuk tamu diplomasi. Saat itu ada 6 coffee shop di Indonesia melayani tamu diplomasi di KBRI kuala lumpur saat HUT RI tahun 2018," beber Tama.
Tama memiliki basic pendidikan di dunia F&B dan perhotelan. Namun soal perkopian, ia baru mulai belajar saat hendak membuka coffee shop. Tujuannya memilih bisnis kopi lokal Indonesia adalah agar bisa memperkenalkan kopi Indonesia kepada masyarakat luas.
"Ingin menyebarkan rasa cinta tanah air lewat kopi lokal," ujar Tama.
Sebelum mendirikan kedai kopi ini, Tama pernah bekerja untuk posisi bergengsi. Dulunya ia bekerja sebagai Head of Marketing di universitas swasta internasional di Bekasi. Gajinya yang besar dengan fasilitas terjamin ternyata tak membuat Tama berpuas diri, ia justru ingin lebih mengembangkan minatnya.
"Dulu digaji dengan dolar, dapat driver dan mobil dinas, rumah dinas, fasilitas terjamin. Tapi saya merasa diri saya hanya akan mentok di posisi ini. Saya mencoba bakar kapal, saya resign untuk memajukan diri, bukan mengundurkan diri," ujar Tama.
Meski sempat mendapat penolakan besar dari orang tua dan istri, Tama tetap lanjut resign dan mendirikan coffee shop.
"Dapat penolakan dari orangtua, istri, keluarga karena anggap posisi sudah lumayan. Saya juga pernah terjerat hutang lebih dari 1 M," beber Tama.
Bisnis coffee shop-nya ini juga tak melulu lancar. Saat pandemi melanda Indonesia di tahun 2020, bisnis Tama ikut terdampak. Pendapatan coffee shopnya anjlok 80 persen namun ia putar otak untuk tetap bisa bertahan.
"Bagaimana caranya bisa stay di angka 20 persen ini. Akhirnya putar otak mengganti sistem penjualan seduh menjadi jual minuman ready to drink. Alhamdulillah kami bisa bertahan, dan sekarang ada Kopi Kosim Express," lanjut Tama.
Tama yakin, jika masyarakat Indonesia mengenal kopi lokal dan sering menikmatinya maka kopi Indonesia bisa maju dan makin terkenal. "Banyakin seduh, kurangin sedih," pungkas Tama.
Simak Video "Video: Kedai Kopi Mini Bernuansa Jepang di Kupang"
(dvs/odi)