3. Lavin membeli saham OSI
![]() |
Sepuluh tahun menjalani bisnis daging, Otto akhirnya memutuskan untuk pensiun. 10 tahun kemudian anak Otto menjual saham perusahaan ayahnya ini pada Lavin.
Lavin bertekad untuk mengembangkan OSI menjadi perusahaan yang besar. Lavin adalah orang yang menyarankan agar McDonald's mengizinkan OSI memasok daging untuk waralaba di luar Amerika. Lavin kemudian membuka pabrik di Jerman, Spanyol, Amerika Latin, dan Eropa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4. Perusahaan sempat hampir bangkrut
Pada awal 1990-an, OSI mulai menambah pelanggan lain. Pada tahun 2000, 15% dari penjualannya ($ 650 juta) berasal dari KFC, Pizza Hut, dan beberapa perusahaan makanan kemasan. Semuanya berjalan baik hingga kemudian pada 2014, semuanya hampir runtuh.
OSI baru saja membangun pabrik ke-10 di China, dengan biaya $ 750 juta. Kemudian sebuah laporan di TV China muncul dan menunjukkan pekerja OSI mengubah tanggal penjualan daging sapi kadaluarsa.
Pejabat keamanan pangan China menutup pabrik, menangkap beberapa eksekutif OSI, dan melakukan penyelidikan terhadap perusahaan. Penjualan OSI anjlok selama empat tahun berturut-turut. Investigasi berlangsung hampir selama dua tahun. Semuanya akhirnya berakhir pada tahun 2016 ketika OSI didenda $ 365.000 (Rp 5,1 miliar) dan 10 eksekutif perusahaan dijatuhi hukuman penjara.
5. Mulai memproduksi daging nabati
![]() |
Pada 2019, OSI membuat Whoppers nabati dari Impossible Foods. Hal ini membantu Lavin membalikkan keadaan. Kesepakatan ini menghasilkan pendapatan hingga $ 200 juta.
Pandemi corona melanda tepat saat OSI pulih dari bencana kebangkrutan di China. Penjualan global di McDonald's turun lebih dari 20%. Salah satu pabrik OSI di Chicago bahkan mengkonfirmasi 30 dari 500 pekerja yang dinyatakan positif Covid-19.
Lavin memiliki tiga anak dewasa. Tak satu pun dari mereka bekerja di OSI. Pada usia 88 tahun, Lavin belum berencana untuk pensiun.
Simak Video "Video: Bahaya Konsumsi Daging Bersantan yang Dipanaskan Berulang"
[Gambas:Video 20detik]
(dvs/odi)