Semenjak pandemi Corona pemerintah China melarang perdagangan daging hewan liar seperti tikus bambu hingga ular. Hal ini membuat banyak peternak yang gulung tikar.
Hewan liar sering dikaitkan sebagai penyebab utama penyebaran virus Corona. Hal ini membuat pemerintah China mengeluarkan larangan perdagangan hingga daging hewan liar di sana. Salah satu hewan liar yang dilarang ada tikus bambu, ular kobra hingga musang.
Baca Juga: China Musnahkan 1,6 Ton Tikus Bambu Untuk Basmi Perdagangan Hewan Liar
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Courthouse News (21/08), kebijakan ini disebut telah merugikan puluhan ribu pekerjaan di wilayah pedalaman China. Di mana dulu perdagangan daging hewan liar menjadi salah satu cara para peternak mencari uang.
![]() |
"Saya sudah tidak kuat lagi. Sangat susah bagi saya untuk menemukan pekerjaan baru. Saya belum memiliki rencana selanjutnya," jelas Liu, salah satu peternak tikus bambu di Provinsi Hunan.
Beberapa tahun yang lalu daging tikus bambu naik daun di China, membuat Liu memutuskan untuk mengubah rumahnya menjadi kandang tikus bambu sekitar 6 tahun yang lalu.
Meski pemerintah China sudah memberikan kompensasi atas tikus bambu yang dimusnahkan. Tapi uang itu tidak cukup untuk menghidupi keluarga Liu.
![]() |
Seperti yang diketahui sebelumnya, pemerintah China mengatakan akan mengganti semua hewan liar yang diternak. Dengan menghargai tikus bambu seharga 75 yuan (Rp 160 ribu) per kilogram. Lalu 120 yuan (Rp 255 ribu) untuk ular kobra, dan 600 yuan (Rp 1,2 juta) untuk setiap ekor musang.
Harga kompensasi ini dinilai terlalu kecil bagi para peternak. Karena biasanya mereka bisa menjual tikus bambu dan ular kobra dengan harga yang lebih tinggi.
"Kami tidak bisa membunuhnya atau menjualnya. Saya punya sekitar 3,000 ekor ular, tapi yang dibayar pemerintah hanya 1,600 ekor saja," jelas Li Weiguo, salah satu peternak ular kobra di sana.
![]() |
Banyak juga peternak hewan liar yang terlilit hutang, karena mereka meminjam modal ke bank atau lintah darah.
"Tahun lalu saya berencana untuk melebarkan bisnis, tapi karena pandemi Corona akhirnya saya menderita kerugian besar," jelas Huang Guohua, peternak tikus bambu yang terlilit hutang sebanyak 400,000 yuan (Rp 852 juta).
Meski banyak peternak yang hidup dalam kemiskinan dan bangrkut setelah pandemi Corona. Tapi pemerintah China tetap optimis untuk membawa konsep 'masyarakat makmur' pada akhir tahun 2020.
"Dengan adanya pandemi Corona tahun ini, kami kembali ke jerat kemiskinan yang lebih parah dari sebelumnya," pungkas Huang.
Baca Juga: Pemerintah China Beli Semua Daging Hewan Liar Untuk Bantu Peternak
(raf/odi)